
Jakarta – Proyek pengadaan angkutan massal berbasis rel Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek menimbulkan ketidaksepahaman antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Penyebabnya, kedua belah pihak belum sepakat mengenai standar kualitas LRT yang akan digunakan.
Pria yang akrab disapa Ahok tersebut menginginkan pembangunan LRT berstandar internasional. Sedangkan Menhub Jonan, menginginkan pembangunan LRT berstandar lokal.
“Kenapa kita mesti bangun kereta dengan standar khusus? Lebih baik standar internasional. Nah ini yg kami perdebatkan tadi. Mau ikut yg mana,” ujar Ahok seusai menghadiri Rapat Koordinasi Tingkat Menteri perihal Pembahasan Progres Perkembangan Pembangunan Kereta Api Ringan (LRT) Terintegrasi di Wilayah Jabodetabek dan Pembangunan LRT di Palembang, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (4/3).
Menurut Ahok, Pemprov DKI ingin kereta LRT yg dibangun di rute pinggiran dan rute dalam DKI Jakarta oleh Kemenhub melalui PT Adhi Karya Tbk (ADHI) tersebut merujuk pada standar internasional.
“Kalau kamu mau buru-buru, mau murah, pakai yg mana? Pakai yg umum ada kan. Ya kayak gitu saja, jadi pihak Menhub menganggap bagi kereta api lebih murah. Lebih murah kami tanya, apakah hanya pertama doang kasih murah, habis itu kalian dikerjain. Nah itu juga berdebat kita,” ungkap Ahok.
Akibat perbedaan pendapat perihal standar kualitas LRT tersebut, rapat ditunda hingga pekan depan. Terlebih, Menteri Jonan belum bisa menunjukkan data terkait standar harga yang diminta.
“Senin kami balik lagi, karena Minggu depan harus putus. Tapi memang tadi pak Jonan dia juga nggak bawa hitungannya. Kita mesti bandingkan dari apple to apple kan,” pungkas Ahok.