Boarding Pass, Membuat Suporter Bola Enggan Naik Kereta

boarding pass, membuat suporter bola enggan naik kereta
boarding pass, membuat suporter bola enggan naik
sumber : Soloblitz

SOLO – dulu sering menjadi salah satu moda transporatsi yang digunakan para suporter bola untuk pergi ke tempat tim jagoan mereka bermain. Namun sekarang tidak ada lagi pemndangan seperti itu sejak diberlakukannya boarding pass.

Sejak diterapkannya sistem boarding pass, jumlah penumpang tidak pernah lagi melebihi daya tampung dari gerbong kereta. Dengan adanya sistem boarding pass juga penumpang tidak bisa membeli kepada petugas diatas kereta api.

Salah satu suporter bola yang berpindah moda akibat boarding pass ini adalah suporter Persebaya. Suporter Persebaya ini hadir di kota Solo untuk melihat klub kesayanganya bertanding dalam Semifinal Divisi Utama Liga Indonesia.

Mereka menggunakan dua truk Dalmas untuk datang ke Kota Solo ini.

Slamet, salah seorang petugas Jebres mengatakan pihak Stasiun Jeberes tidak menyiapkan apa-apa untuk menyambut datangnya suporter ini. Pihaknya menduga mereka tidak menggunakan moda transportasi kereta api lagi sejak diberlakukannya boarding pass. Menurutnya transportasi kereta hari Minggu, 8 Agustus 2013 sama seperti hari – hari biasanya.

“Sama saja, tidak ada peningkatan apa-apa. Lebaran kemarin saja Anda lihat sendiri, semua beli tiket dan dapat tempat duduk. Apalagi cuma event sepak bola,” ujarnya kepada Soloblitz.com.

Pada saat yang sama ditempat yang terpisah, Sinyo, Koordinator Suporter Persebaya saat ditemui Soloblitz mengtakan bahwa setelah diterapkannya sistem boarding pass, para Bonek lebih memilih menggunakan bus dan mobil pridasi sebagai moda transportasi.

“Sekarang dari PT KAI sudah ketat. Kita rombongan naik bus atau mobil pribadi. Kalau ada yang naik kereta hanya beberapa gelintir orang saja,” ujarnya.

Tentang Mirza Pratiwi 347 Articles
Kontributor berita, berasal dari Madiun: pusat pengembangan industri kereta api di Indonesia. Saat ini sedang menyelesaikan studi Teknologi Informasi di Universitas Negeri Malang. Penulis yakin bahwa masalah transportasi di Indonesia akan lebih baik jika difokuskan pada pembangunan sistem transportasi masal.