
Saya sudah duduk manis di gerbong khusus wanita menunggu KRL berangkat. Di depan saya duduklah seorang perempuan muda nan modis. Sambil memainkan gadgetnya, dia membuka sebuah wafer coklat yang terbungkus plastik, lantas menikmati wafer coklat itu.
Ada sobekan pembungkus yang jatuh di lantai KRL dan dibiarkannnya begitu saja. Saya mulai pasang kuda-kuda. Saat menikmati wafer coklatnya, perempuan itu sempat menerima telpon lalu dia terisak menangis. Setelah mengakhiri telponnya, dia kembali menikmati wafer coklatnya sampai habis dan melempar bungkus plastiknya ke lantai KRL begitu saja, dengan enaknya, dengan santainya.
Kuda-kuda yang saya pasang sebelumnya, otomatis membuat saya meloncat. Saya ambil bungkus plastik dan sobekannya dari lantai KRL, saya bilang kepada perempuan itu “Mbak, meskipun lagi galau, jangan buang sampah sembarangan. Saya nih mbak, suka nyampah di ransel kalo nggak ada tempat sampah, daripada dibuang sembarangan.”
Lalu saya masukkan bungkus wafer coklatnya itu ke ransel saya, saya simpan sampai KRL berangkat, sampai saya tidur pulas di KRL, sampai saya menemukan tempat sampah ketika saya turun di stasiun Gondangdia.
Kalau bukan kita, siapa yang akan menyelamatkan bumi untuk anak cucu kelak? Kalau bukan dimulai dari kita, siapa lagi? Siapa coba mbak?
Siapa?!?!?!?!?
Widianti Pratiwa