JAKARTA – Sejak berlakunya tarif progresif KRL di stasiun-stasiun Jabodetabek lonjakan penumpang juga terjadi. Di Stasiun Sudirman, jumlah penumpang yang biasanya 17.000-18.000 menjadi 20.000 penumpang perhari. Untuk mengatasi lonjakan penumpang di Stasiun Sudirman dibuat kebijakan buka tutup gerbang.
Faroki, Kepala Stasiun Sudirman, mengatakan sejak penerapan tarif progresif KRL jumlah penumpang di Stasiun yang ada di kawasan bisnis Jakarta ini meningkat. Pada Februari hingga Juni, Faroki mencatat jumlah penumpang berkisar antara 17.000 sampai 18.000 per hari.
“Tapi sejak pakai tarif progresif naik jadi sekitar 20.000 per hari untuk yang turun di stasiun ini,” katanya. Penumpang yang naik dari kawasan bisnis ini jumlahnya sekitar 15.000 orang per hari.
Untuk mengatasi lonjakan penumpang yang menyebabkan panjangnya antrian, Faroki membuat kebijakan buka tutup gerbang. “Karena ini kawasan bisnis maka sibuk pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB sampai 10.00 WIB itu pun mereka yang turun,” jelasnya.
Pada pagi hari dari 14 gerbang, 10 gerbang dibuka untuk akses keluar dan 4 gerbang sisanya untuk masuk. Sedangkan pada sore hari komposisi pintu keluar masuknya dibalik.
Menurut Faroki, cara ini cukup ampuh untuk mengurai antrian. “Meskipun kadang ada masalah teknis lainnya,” ujarnya.
Kendala lain, menurut Faroki adalah kesalahan penumpang dengan menggesekkan kartu elektronik. “Mereka menggesekan kartu pada alat pembaca yang ada di gerbang,” jelasnya pada Tempo ketika ditemui di Stasiun.
Walhasil kartu yang sebenarnya cukup di tempelkan tidak terbaca oleh gerbang elektronik. Jika sudah seperti ini perlu diangkat lagi dan dibaca menggunakan alat untuk ditap ulang.
Kendala lainnya adalah penumpang yang antri di gerbang elektronik yang salah. “Harusnya dia ada dibarisan gerbang A tapi tiba-tiba ngetaping di gerbang B,” kata Faroki. Sehingga diperlukan bantuan petugas untuk mengatasinya. Meskipun masih terdapat banyak kendala Faroki optimistis lambat laun penumpang mulai terbiasa dengan sistem tiket elektronik ini.
Salah satu penumpang , Ratih (23) tampak kebingungan ketika kartu elektronik single trip yang dibelinya tidak bisa digunakan. Saat Ratih melakukan taping, gerbang elektroniknya tidak mau berputar.
“Untung sepi coba kalau ramai bisa ribut yang antri di belakang,” kata Ratih di Stasiun Sudirman. Ratih yang merupakan pegawai swasta di kawasan Sudirman ini selalu menggunakan KRL commuter line dari rumahnya.
Menurutnya setiap pagi, tiba di Sudirman sekitar pukul 08.00 WIB, selalu disambut antrian panjang penumpang yang akan keluar. Panjangnya bisa mencapai 50 meter. “Ini sejak pakai tiket elektronik,” katanya.