Dampak Putusnya Jembatan Comal, Pengiriman Barang Beralih ke KA

Gerbong angkutan barang ekspedisi

– Sebagian besar pengusaha pengiriman barang kini beralih menggunakan angkutan api (KA). Hal ini guna menghemat waktu tempuh selama perbaikan Comal.

Ketua Asperindo Jateng Tony Winarno mengatakan, sejak putusnya Jembatan Comal, untuk pengiriman menggunakan jalur darat, per armada minimal harus menambah biaya Rp 600ribu, sedangkan untuk waktu tempuh juga harus menambah satu hari. “Ini cukup merugikan, khususnya untuk waktu, karena bila kita memutar lewat , harus tambah satu hari,” ujarnya.

Jasa angkutan KA pun dipilih sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Waktu tempuh yang lebih dinilai dapat meminimalisir kerugian customer. Selain itu, biaya pengiriman juga tidak terlalu jauh berbeda bila dibanding angkutan darat lainnya.

“Sekitar 80 persen anggota kami kini lebih memilih menggunakan untuk mengirim barang. Karena waktunya lebih cepat,” ujarnya.

Namun demikian, paket – paket yang dikirim dengan menggunakan jasa KA ini masih terbatas pada ukuran yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk paket – paket besar masih menggunakan jasa angkutan darat lain. “Untuk paket – paket yang kecil kita dorong untuk menggunakan jasa kereta api, “ujarnya.

Sebelumnya, lanjut Tony, sebagian anggota asosiasi tersebut sempat menggunakan jasa angkutan udara, karena waktu tempuh yang jauh lebih cepat.

Tapi untuk angkutan udara ini mereka terkendala dengan biaya. “Tempo hari saat kereta api belum fokus dengan angkutan barangnya, kita memang menggunakan jalur udara, tapi biayanya bisa melonjak 3 kali lipat. Nah, sekarang cargo kereta api sudah cukup baik, ya kita gunakan yang ini,” ujarnya.

Sedangkan untuk jalur laut, pihaknya menilai bila masih dalam takaran antar kota di pulau Jawa, pihaknya tetap lebih banyak memilih menggunakan KA. “Sebagai contoh, untuk pengiriman Jakarta – Semarang dan sebaliknya masih tetap cepat menggunakan KA,” ujarnya. (dna/ric/radarsemarang)

Tentang Masinis 182 Articles
Memulai karir menulis sejak duduk di bangku SMP sebagai layouter dan redaktur, dan membawa proses kepenulisannya hingga di bangku kuliah. 10 tahun terakhir aktif sebagai tenaga desainer di sebuah perusahaan yang berpusat di Malang. Beberapa tahun terakhir menjadi penumpang setia kereta api pagi rute Malang-Surabaya yang berangkat dari Stasiun Kotabaru jam 04.20 setiap hari. Sejak itu, penulis tertarik dengan segala hal tentang kereta api dan sistem transportasi publik.