JAKARTA – Sejak tarif progresif KRL Commuter Line diberlakukan, semakin hari penumpang KRL semakin membludak. Bahkan penumpang yang berangkat sebelum jam 6 pagi sudah berdesak-desakan di gerbong KRL.
Seorang pembaca detikcom, Wawan, mengabadikan kondisi gerbong dalam bidikan kamera. Wawan membandingkan 2 foto gerbong KRL sebelum dan sesudah tarif progresif KRL berlaku. Wawan setiap harinya naik KRL dari Stasiun Bekasi ke Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, pukul 05.45 WIB.
“Sebelum pemberlakuan tarif progresif saya bisa menikmati kenyamanan di dalam CL, sehingga bisa memejamkan mata sejenak di dalam CL,” tulis Wawan dalam e-mailnya ke redaksi detikcom, Rabu (24/7/2013).
Sayangnya, kenyamanan yang dulu dirasakan kini berbalik 180 derajat sejak tarif baru KRL Commuter Line berlaku sejak 1 Juli. Tarif berdasarkan jumlah stasiun yang dilewati tersebut yaitu Rp 2.000 untuk 5 stasiun pertama dan Rp 500 setiap 3 stasiun berikutnya.
“Jangankan memejamkan mata, mencari tempat untuk duduk dan untuk bergerak aja susah, saking penuh sesaknya penumpang di dalam gerbong. Ditambah lagi copet mulai berkeliaran di dalam gerbong,” tulisnya.
Tarif progresif KRL yang menurun drastis dari tarif sebelumnya disebabkan oleh subsidi pemerintah pasca kenaikan harga BBM ini. Menurunnya tarif ini berdampak pada jumlah penumpang yang bertambah banyak dari biasanya.
Eva Chairunnisa, Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mengatakan, saat ini ada 590 ribu penumpang per hari, padahal sebelum tarif progresif KRL berlaku penumpang berada di kisaran 460 ribu penumpang per hari.
Lonjakan penumpang ini diantisipasi oleh PT KCJ dengan mendatangkan 180 gerbong kereta dari Jepang. Pada tahap pertama, Agustus 2013, 30 gerbong akan datang.