
Kabar baik untuk kemajuan perkeretaapian Indonesia mulai terendus. Pihak Investor dari Jepang telah melakukan studi uji kelayakan proyek rel kereta api cepat yang serupa dengan “Shinkansen”. Pihak Investor Jepang tersebut juga mengusulkan agar Pemerintah Indonesia membentuk BUMN khusus untuk operator moda transportasi canggih tersebut.
Pihak investor Jepang mengusulkan pemisahan sektor ini bukan tanpa alasan, karena pihaknya meyakini adanya prospek bisnis yang sangat menjanjikan di bidang perkeretaapian Indonesia. Hal ini membutuhkan manajemen bisnis yang independen dan kuat, yang artinya harus terpisah dari BUMN PT KAI. “Tapi tetap pemerintah boleh putuskan tetap (tergabung) di PT. KAI atau tidak. Dari studi kelayakan fase pertama, Jepang memang menginginkan BUMN baru karena (prospek) bisnis yang sangat besar,” ujar Deddy Priatna, Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) saat diwawancarai pada hari Sabtu kemarin (11/4). Deddy juga menambahkan bahwa pihak Investor Jepang dari JICA (Japan International Cooperation Agency) baru saja menyelesaikan studi kelayakan fase awal dari 3 fase yang direncanakan. Biaya yang digelontorkan pun tidak tanggung-tanggung, senilai USD 15 juta. Pengadaan proyek ini disebut-sebuat akan menelan biaya sekitar 60 Triliun rupiah.
Studi fase pertama sudah memungkinkan kereta api cepat ini akan melaju dari Jakarta hingga ke Surabaya melalui Bandung, Cirebon, dan Semarang. Jalur kereta yang akan dibangun di bawah tanah ini, kemungkinan bermula di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Jika proyek ini bisa segera terwujud, waktu tempuh dari Jakarta ke Surabaya bisa disulap menjadi 2 jam 30 menit saja.