
JAKARTA – Dalam rangka mengurai kepadatan penumpang, PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) memutuskan menambah frekuensi perjalanan KRL (kereta rel listrik) di Stasiun Bogor dan Stasiun Cikarang. Beroperasi mulai Minggu (12/7) kemarin, terdapat dua jadwal pemberangkatan KLB (kereta luar biasa) KRL pada pagi hari rute Stasiun Bogor-Manggarai dan satu KRL relasi Cikarang-Manggarai.
“Rekayasa pola operasi ini sebelumnya sudah dilakukan di lintas Tangerang-Duri PP sehingga terdapat tambahan 10 perjalanan. Dengan demikian, mulai Senin (13/7), PT KCI mengoperasikan 962 perjalanan KRL per hari,” jelas VP Corporate Communications PT KCI, Anne Purba, dalam siaran pers. “Selain itu, terdapat pula tambahan pada jam sibuk, sore dan malam hari, dengan tujuan akhir Stasiun Cikarang.”
Pada Senin (6/7) pekan lalu, PT KCI mencatat ada 419.292 orang yang menggunakan KRL. Jumlah tersebut meningkat sekitar 6 persen dibandingkan pekan sebelumnya dan menjadi angka tertinggi pengguna KRL selama masa pandemi COVID-19. “Sementara, volume pengguna KRL di Stasiun Bogor tercatat 19.452 orang atau tumbuh 9 persen dibandingkan pekan sebelumnya,” terang Anne.
Selain menambah jadwal keberangkatan, PT KCI juga menetapkan tiga stasiun, yakni Stasiun Bogor, Stasiun Cilebut, dan Stasiun Cikarang, sebagai stasiun yang hanya melayani pembayaran non-tunai atau khusus Kartu Multi Trip (KMT) bagi pengguna KRL. Pada tahap awal, pemberlakuan pemakaian KMT di stasiun tersebut akan ditetapkan setiap hari Senin.
Dengan kebijakan ini, layanan tiket di Stasiun Bogor, Stasiun Cilebut, dan Stasiun Cikarang hanya dapat menerima transaksi dengan menggunakan KMT, kartu uang elektronik bank, maupun tiket dengan kode QR melalui Link Aja. Meski demikian, para pengguna KRL yang bertransaksi dengan Tiket Harian Berjaminan (THB) dengan tujuan Stasiun Bogor, Cilebut, atau Cikarang, masih dapat keluar dari gate elektronik stasiun.
PT KCI berharap para pengguna KRL yang masih menggunakan THB dapat menyesuaikan dengan kebijakan baru tersebut. Pasalnya, dengan memperbanyak transaksi non-tunai, menurut perusahaan, akan meminimalkan penyebaran COVID-19. “Ini akan mengurangi risiko terpapar COVID-19 dari uang yang sering berpindah tangan,” sambung Anne.