Dalam rangka mendukung aktivitas masyarakat dan mempermudah akses transportasi di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan pun serius membangun jalur rel kereta api Trans Sumatera. Proyek ini sendiri sudah dimulai pada Desember 2015 dan dijadwalkan rampung pada tahun 2020 serta bisa dioperasikan pada tahun 2021 mendatang.
Jalur kereta api Trans Sumatera ini nantinya akan menghubungkan Aceh hingga Lampung. Nantinya, beberapa jalur yang digunakan adalah rel yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang kini tidak sedang diaktifkan arena berbagai alasan, termasuk anggaran yang minim. Jalur yang diaktifkan kembali di antaranya terdapat di Sumatera Utara, yaitu jalur sepanjang 80 km yang menghubungkan Kota Binjai dengan Besitang di Kabupaten Langkat.
Jalur kereta api Trans Sumatera sendiri menurut rencana akan memiliki panjang sekitar 2.500 km. Jalur tersebut nantinya akan dibuat menjadi empat kluster. Kluster pertama di Provinsi Aceh, kluster kedua di Provinsi Sumatera Utara, kluster ketiga di Provinsi Sumatera Barat, dan kluster keempat di Sumatera bagian selatan.
Di wilayah Aceh, hingga saat ini, dari 600 km jalur yang direncanakan, yang sudah beroperasi KA perintis sepanjang 11,35 km. Sementara, konstruksi dalam pelaksanaan sepanjang 23,64 km dan konstruksi dalam perencanaan sepanjang 564,01 km.
Adapun di wilayah Provinsi Riau, jalur KA akan mencapai panjang sekitar 563 km. Jalur yang masih dalam konstruksi pelaksanaan sepanjang 12 km dan sisanya sepanjang 551 km masih dalam konstruksi perencanaan.
Sementara untuk biayanya, jalur Trans Sumatera ini diperkirakan menelan biaya mencapai Rp22,073 triliun. Alokasi dana 2015-2016 senilai Rp1,3777 triliun. Sementara, dana Rp20,696 triliun akan dialokasikan untuk tahapan pada tahun 2017 hingga tahun 2021.
Pemerintah Indonesia kabarnya juga sudah mengirimkan dokumen proyek pembangunan kereta Trans Sumatera ke Pemerintah China pada Mei 2016. Pasalnya, Pemerintah China sudah bersedia memberikan pinjaman terkait pembiayaan kereta api Trans Sumatera dan juga Trans Sulawesi senilai Rp80 triliun. Namun sebelum memberikan pinjaman, Pemerintah China harus memperbaiki secara detail terkait proyek tersebut.
Proyek tersebut sebagian ada yang sudah melalui studi kelaikan (feasibility study) dan ada pula yang masih belum (pra-fs). Selain itu, ada pula yang sudah dikaji detailed engineering design (DED).