PADANG – jalur kereta jaman Belanda yang telah ada sejak tahun 1891 yang sejak beberapa saat terakhir tidak dioperasikan, akhirnya diopeasikan kembali. PT KAI kembali mengaktifkan jalur kereta tersebut. Jalur kereta tersebut memiliki rute dari Stasiun Simpang Haru ke Stasiun Pulau Ais, Muara Padang, Sumatera Barat. Tujuan diaktifkannya kembali jalur kereta ini adalah untuk menuju jalur railbus smpai ke bandara internasional Minangkabau (BIM).
Syafrial Romeo, Kepala Humas PT KAI Divre II Sumbar menjelaskan bahwa untuk tahapa pertama adalah dilakukannya pengaktifan kembali rel yang ada di jalur kereta tersebut.
“Jika tidak ada halangan, railbus ini sudah bisa dioperasikan awal 2014 minimal dari stasiun Pasar Tarandam – Simpang Haru – Duku – BIM,” jelasnya kepada okezone.com.
Dalam tahap awal pengaktifan kembali rel ini PT KAI dikawal oleh ratusan petugas keamanan gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Satpol PP, Denpom, Polsuska, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) kota Padang, serta pegawai PT KAI Drive II Sumbar.
Jalur kereta Belanda yang telah sejak lama tidak digunakan ini sudah banyakan digunakan masyarakat untuk mendirikan bangunan diatas bantalan rel. Terdapat 71 bangunan yang berdiri diatas rel ini terdiri dari 29 unit rumah di Jalan Kehakiman, Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur, Padang dan 52 unit lapak-lapak. Lapak-lapak ini dibongakar dengan menggunakan satu unit alat berat.
Sedangkan 29 unit bangunan lainnya telah dibongkar sendiri oleh sang pemilik. Warga yang menempati jalur kereta ini diminta untuk membongkar bangunannya sejauh dua meter dikedua sisi rel yang telah tertimbung.
Afrizal (51) warga Kelurahan Sawahan Timur, Kecamatan Padang Timur mengungkapkan bahwa pihaknya membeli rumah dibanalan rel kereta api sejak tahun 2000, dia menyewanya dari PT KAI dengan harga satu tahun sebesar Rp 375ribu.
“Tapi sejak gempa 2009 saya tidak lagi membayar sewaan ini pada PT KAI,” ujarnya.
Untuk pembayaran sewa, dia langsung membayar ke PT KAI di Simpang Haru. Awalnya dia memkai tanah PT KAI sepanjang 16 meter, namun karena dibutuhkan 2 meter untuk rel, rumahnya dibongkar.
“Itu sudah ada tandanya, meski masih ada rumah saya, tapi tanah yang saya tempati ini merupakan tanah PT KAI,”ungkapnya.