Jakarta – Jepang menyatakan ketertarikannya untuk terlibat dalam aktivitas revitalisasi kereta api di lintas utara Pulau Jawa. Sebagaimana disampaikan oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko, Jepang bersedia menggarap proyek ini karena nantinya akan menghubungkan berbagai kota besar di Pulau Jawa.
Bentuk revitalisasi tersebut adalah dengan meningkatkan kecepatan kereta api dari semula 80 km/jam menjadi 150 km/jam untuk relasi Jakarta-Surabaya.
“Jadi kalau Jakarta-Surabaya bisa kecepatannya 150 km per jam, ini lebih menarik,” ungkap Hermanto dalam kutipan Antara, Selasa (10/5).
Sebelumnya, Kemenhub menawarkan dua opsi pembiayaan perkeretaapian kepada Jepang, yakni proyek Trans Sumatera-Trans Sulawesi dan revitalisasi kereta Lintas Utara Jawa. Sembari berniat menunjukkan kecanggihan teknologinya, Jepang memilih untuk menggarap proyek revitalisasi saja. Pemerintah lantas menawarkan proyek Trans Sumatera dan Trans Sulawesi kepada Tiongkok yang juga tak kalah bersemangat.
“Saya katakan kalau memang mereka (Jepang) mau menunjukkan kecanggihan teknologi, pilih yang revitalisasi dan rupanya mereka juga tertarik,” tutur Hermanto.
Langkah penawaran proyek Kemenhub pada pihak Asing ini didasari pemotongan anggaran Kemenhub sebesar 10% di tahun 2016 sebagai solusi efisiensi. Dikatakan Hermanto, alasan pemotongan anggaran ini dikarenakan berkurangnya pendapatan dari pajak dan sektor penyumbang lainnya.
“Untuk APBN 2016 dipotong 10 persen atau sekitar Rp3,7 triliun dari Rp40 triliun,” katanya.
Deadline sejumlah proyek pun diprediksi akan mundur karena menyesuaikan dengan ketersediaan biaya. Artinya, beberapa proyek Kemenhub seperti Trans Jawa, Trans Sumatra, Trans Sulawesi, Trans Kalimantan dan Trans Papua yang semula ditargetkan selesai 2019, kemungkinan besar akan molor.
“Pengaruhnya paling dari segi waktu akan bergeser ke belakang waktu penyelesaiannya,” sambung Hermanto.