Jepang Batasi Umur Kereta Tidak Lebih Dari 40 Tahun

adalah negara yang telah mapan dengan massal perkeretaapian. yang datang dan berangkat merupakan jadwal yang paling tepat waktu atau dibilang terbaik didunia dibandingkan dengan negara-negara lain.

Wawancara tribunnews.com dengan salah satu pihak yang bertanggung jawab tentang trasnportasi massal di Jepang mengulik semua hal tentang pengolahan bawah tanah di negara ini. Kazuyuki Fujii, Deputy Manager Tokyo Metro Co.Ltd dan Shogo Kuwamura, Humas Tokyo Metro Co.Ltd menceritakan semua tentang perkeretaapin di Negara ini terutama Tokyo.

Ada yang menarik di Jepang yaitu soal kereta yang telah lama dipakai.  Kereta yang telah berumur 20-40 tahunan nantinya akan dijual. Karena kereta di Jepang hany aberumur maksimal 40 tahun. “Biasanya kereta api tua antara usia 20-40 tahun pasti dijual. Tetapi kami  menjual tidak sebagai kereta api tetapi sebagai besi bekas jadi dijual seperti model kilo-kiloan tersebut,” ungkap mereka.

satu set kereta yang dijual dengan 10 gerbong sebagai besi bekas adalah seharga 10 juta yen atau sekitar satu miliar rupiah.

Ha ini terjadi karena pembuangan samapah di Jepang akan dibayar lebih mahal. Daripada mereka mengeluarkan uang lebih baik mereka mendapatkan pemasukkan.

Indonesia sering sekali membeli kereta api Jepang namun pembelian ini ternyata tidak dilakukan langsung.

“Tidak ada dan tidak pernah kami melakukan jual beli langsung dengan negara  atau di luar negeri. Jadi selalu lewat perusahaan Jepang sebagai agen atau pihak ketiga. Dengan demikian mereka lah nanti yang akan bertanggungjawab kepada pembeli kereta api kami,” paparnya.

Fujii dan Kuwamura juga mengetahui bahwa ada kereta api Indonesia yang merekat nama Jepangnya termasuk nama Tokyo di kereta yang telah dipakai Indonesia.

“Wah menarik juga ya, kalau mereka orang Indonesia mungkin menganggap sebagai pajangan seni saja, tetapi kita orang Jepang dan yang mengerti bahasa Jepang mungkin kaget juga ya melihat nama-nama stasiun kereta api Jepang masih ada pada kereta api Jepang yang ada di Indonesia,” tanggap mereka.

Tentang Mirza Pratiwi 347 Articles
Kontributor berita, berasal dari Madiun: pusat pengembangan industri kereta api di Indonesia. Saat ini sedang menyelesaikan studi Teknologi Informasi di Universitas Negeri Malang. Penulis yakin bahwa masalah transportasi di Indonesia akan lebih baik jika difokuskan pada pembangunan sistem transportasi masal.