KA Peti Kemas Gedebage-Tanjung Priok Dukung Distribusi Ekspor

Jakarta – Menteri Enggartiasto Lukita berupaya untuk memaksimalkan barang dengan agar dapat mendorong peningkatan ekspor non-migas. pun kini telah menyediakan alternatif melalui () Peti Kemas Gedebage (Bandung) – .

“Penggunaan kereta peti kemas jalur Tanjung Priok-Gedebage harus dioptimalkan untuk membawa berbagai komoditas ekspor agar terjadi peningkatan efisiensi logistik, mengurangi waktu bongkar muat (dwelling time), serta meningkatkan kelancaran arus barang dan daya saing ekspor,” ungkap Enggar.

Menurut Mendag penggunaan kereta api peti kemas ini bisa jadi salah satu alternatif yang tepat untuk pendistribusian barang-barang ekspor. “Tarif kereta api lebih murah, lebih tepat waktu, keamanan barang lebih terjaga, serta relatif aman dari dampak kemacetan arus lalu lintas di jalan raya,” imbuh Enggar.

KA Peti Kemas jalur Tanjung Priok-Gedebage sendiri sebenarnya telah beroperasi sejak Juni 2016 lalu ketika kereta Pelabuhan Tanjung Priok diresmikan. Sebelumnya jalur kereta peti kemas Gedebage hanya mencapai Stasiun Pasoso. Jalur peti kemas ini merupakan kerjasama dari PT KAI dengan PT Mitra Adira Utama, PT KA Logistik, dan PT Multi Terminal Indonesia.

Apabila sebelumnya KA peti kemas Gedebage-Tanjung Priok hanya beroperasi 2 hari sekali, maka kini akan beroperasi sehari 2 kali (PP) dengan kapasitas volume per hari 120 TEU atau sekitar 2.400 ton. “Ketersediaan gerbong kami cukup, ada yang 42 ton sebanyak 53 unit dan 45 ton sebanyak 14 unit,” kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro.

Sementara itu, walaupun tarif angkut KA peti kemas Gedebage-Tanjung Priok telah diturunkan dari Rp 7 juta per kontainer menjadi Rp 4,6 juta, para pelaku usaha merasa jika tarif tersebut masih relatif lebih mahal daripada pengangkutan dengan . “Tarif kereta ini lebih mahal karena ada unsur pendapatan negara bukan pajak (). Ini sedang diurus agar bisa dikurangi,” kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat.