JAKARTA – Demi meningkatkan layanan perusahaan, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) berencana untuk menyediakan KRL commuter line premium. Nantinya, kereta ini akan menggunakan gerbong dan pengaturan duduk yang berbeda dibandingkan KRL saat ini. Selain itu, KRL premium ini juga akan menetapkan harga tiket yang lebih mahal.
“Usulan ini diharapkan bisa menjalankan bisnis yang lebih menguntungkan sebagai bentuk kompensasi atas berbagai proyek infrastruktur yang ditugaskan pemerintah kepada perusahaan,” jelas Direktur Keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI), Didiek Hartantyo. “Selama ini, KRL dioperasikan dengan subsidi dari Kementerian Perhubungan. Akibatnya, jumlah penumpang saat tinggi dan berdesak-desakan.”
Didiek menambahkan, saat ini jumlah penumpang KRL sudah lebih dari 1 juta penumpang per hari. Karena itu, sudah saatnya dibutuhkan peningkatan pelayanan dan tidak semua penumpang KRL membutuhkan subsidi. “Kalau kai bisa beri kenyamanan lebih, kenapa tidak? Tentu saja, tarifnya juga berbeda. Sebab, tidak semua penumpang butuh subsidi, tetapi butuh kenyamanan,” sambung Didiek.
“Tarifnnya misalnya Rp15 ribu sekali jalan, tetapi kepadatannya tidak seperti sekarang. Memang, ciri commuter itu padat seperti sekarang. Tetapi, kalau kami bisa memberi kenyamanan lebih, kenapa nggak,” tambah Didiek. “Nantinya, kepadatan penumpang KRL premium ini akan dibatasi, misalnya maksimal 150 persen, dari sekarang lebih dari 200 persen.”
Meski demikian, Didiek belum bisa memastikan apakah KRL premium ini nanti dioperasikan dengan kereta batu dan desain baru, atau kereta lama. Saat ini, PT KAI tengah menunggu izin dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk pengoperasian kelas baru KRL tersebut. “Kalau ke Pak Menteri (Perhubungan) sudah kami sampaikan, dan beliau setuju,” pungkas Didiek.
Sementara itu, Vice President Communication PT KAI Commuter Jabodetabek, Eva Chairunnisa, juga membenarkan bahwa memang ada program KRL premium tersebut, namun saat ini masih dalam tahap pembahasan. Menurutnya, rencana KRL premium masih sebatas pembahasan internal perusahaan. “Kan, butuh proses cukup lama,” ujar Eva.