PT Angkasa Pura II (AP II) berencana untuk segera mengoperasikan AGT (Automated Guideway Transit), yakni kereta otomatis tanpa masinis sebagai alat transportasi penghubung antar terminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang. Moda transportasi ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh para penumpang untuk berpindah terminal. “AGT modelnya seperti (kereta antar terminal yang sudah dioperasikan di bandara Changi) Singapura,” tutur Budi Karya, Direktur Utama AP II, saat ditemui di kantor Kemenhub di Jakarta, kemarin (3/6).
Budi juga mengatakan bahwa AP II sebenarnya pernah berniat untuk menggunakan monorail sebagai moda penghubung antar terminal namun dibatalkan mengingat kurangnya segi fleksibilitas dan keamanannya. “Monorail itu banyak hal-hal yang kurang mendukung, dari safety dari fleksibilitas. AGT itu paling fleksibel,” jelasnya.
Hingga saat ini, manajemen perseroan masih menyeleksi teknologi AGT yang akan digunakan dalam proyek tersebut. Proyek pengadaan AGT ini kabarnya menelan dana hingga Rp 1 Triliun serta baru akan dimulai pengerjaannya 3 bulan lagi. Proyek ini direncanakan selesai di penghujung akhir tahun 2016. “Teknologi AGT, bisa dari Jepang, Kanada, Eropa, atau dari Korea. Kita harapkan bersamaan dengan rampungnya kereta api bandara (Jakarta – Soekarno-Hatta), proyek AGT (juga) selesai di akhir 2016. Jadi untuk aksesibilitas bandara, 30% akan diakomodasi oleh kereta api, sementara yang antar terminal akan kita siapkan AGT,” ujar Budi.
Djoko Murjatmodjo, Direktur Operasional AP II, menjelaskan tentang lintasan AGT yang nantinya akan melewati 4 stasiun pemberhentian, yakni Terminal 1, Terminal 2, Stasiun Kereta Api, dan Terminal 3 yang jika ditotal panjang lintasannyanya sekitar 3 kilometer.