Kemajuan teknologi yang sangat pesat terjadi di semua bidang kehidupan, termasuk sektor transportasi. Beberapa tahun belakangan ini, dikembangkan sebuah teknologi baru di bidang transportasi untuk menggantikan kereta api konvensional, yaitu kereta maglev. Dengan menumpang kereta ini, konon manusia bisa melaju setara dengan mobil Formula 1, yaitu berkecepatan di atas 600 km/jam.
Kereta maglev (magnetically levitated trains), dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai kereta api levitasi magnetik. Sesuai namanya, kereta ini adalah jenis kereta api yang mengambang secara magnetik, atau bisa disebut kereta api magnetik.
Kereta ini secara konsisten mulai dikembangkan pada tahun 2004 di Jepang yang mengadopsi teknologi dari Jerman. Di tahun yang sama, Cina justru mendahului Jepang dengan merilis kereta ini. Sekarang, hanya beberapa negara maju yang menggunakan kereta ini, antara lain Jepang, Cina, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat.
Penemu Kereta Maglev
Paten pertama untuk kereta maglev yang didorong oleh motor “linear” adalah paten AS 3.470.828 yang dikeluarkan pada Oktober 1969 oleh James R. Powell dan Gordon T. Danby. Teknologi dasarnya ditemukan oleh Eric Laithwaite, dan dijelaskan dalam “Proceedings of the Institution of Electrical Engineers”, vol. 112, 1965, pp. 2361-2375, dengan judul “Electromagnetic Levitation”. Laithwaite mematenkan motor “linear” pada 1948.
Prinsip Kerja Kereta Maglev
Sesuai namanya, kereta ini bekerja berdasarkan prinsip gaya angkat magnetis. Saat berjalan, kereta ini tidak menyentuh rel, melainkan melayang di atasnya sekitar 10 mm. Lalu, mengapa tidak jatuh? Karena, hampir 98 persen bahan penyusun rel terbuat dari magnet superkonduktor, yang membuat kereta sebesar ini bisa tetap “lengket” dengan rel meski berjalan dengan kecepatan di atas 500 km/jam.
Selain itu, kereta maglev juga memanfaatkan magnet sebagai pendorong. Gaya dorong kereta ini dihasilkan oleh interaksi antara motor induksi raksasa di dalam kereta dengan rel magnetisnya, yang otomatis menghasilkan gaya dorong yang luar biasa. Dengan kecilnya gaya gesek dan besarnya gaya dorong tersebut, kereta ini mampu melaju dengan kecepatan sampai 600 km/jam.
Ada tiga jenis teknologi maglev, yaitu:
- tergantung pada magnet superkonduktivitas (suspensi elektrodinamik);
- tergantung pada elektromagnetik terkontrol (suspensi elektromagnetik); dan
- terbaru, mungkin lebih ekonomis, menggunakan magnet permanen (Inductrack).
Kelebihan dan Kekurangan Kereta Maglev
Kelebihan utama kereta ini adalah kemampuannya yang bisa melayang di atas rel, sehingga tidak menimbulkan gesekan. Ini berarti, biaya perawatan bisa dihemat karena hampir tidak ada penggantian rel atau roda kereta karena tidak akan ada yang aus. Kelebihan lainnya adalah tidak ada gaya resistensi akibat gaya gesekan.
Meski begitu, karena kecepatannya yang luar biasa, suara yang ditimbulkan kereta ini hampir sama dengan sebuah pesawat jet, sehingga lebih bising dan mengganggu. Selain itu, biaya untuk pengadaan serta perawatan relnya pun terbilang sangat fantastis, sekitar USD 600.000.
Kereta Maglev Tercepat
Pada 21 April 2015 lalu, sebuah kereta api maglev asal Jepang melaju sejauh 603 kilometer per jam atau 374 mil per jam dalam sebuah trek eksperimental di Yamanashi. Jarak dan kecepatan ini menciptakan rekor dunia baru. Rekor tersebut mengalahkan rekor lama, yakni 581 km/jam, yang diciptakan pada tahun 2003 lalu, juga oleh kereta maglev Jepang lainnya.
Rencananya, kereta ini akan diluncurkan secara resmi pada 2027 mendatang. Kereta yang melayang nyaris 10 cm di atas rel ini, nantinya akan melayani penumpang untuk sebuah rute antara Tokyo dan Nagoya.
Saat ini, kereta maglev komersial tercepat di dunia masih dipegang milik Cina, yang bisa melaju hingga 431 km/jam dalam sebuah rute menuju Shanghai. Sebagai perbandingan, kereta tercepat di Amerika Serikat, yaitu Amtrak’s Acela Express, hanya mampu melaju 241 kilometer per jam atau 150 mil per jam.