MADIUN – Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) Madiun Jaya berhenti beroperasi sejak Sabtu lalu hingga minggu depan, hal ini menyebabkan kerugian bagi PT KAI Daop VII Madiun. KRDI dengan rute Madiun–Yogyakarta tersebut kini tengah menjalani perawatan di Balai Yasa, Yogyakarta, akibat silinder mesinnya kemasukan air.
“Nilai kerugian diprediksi sekitar Rp 150 juta,” ujar Gatut Sutiyatmoko, juru bicara PT KAI Daop VII Madiun, Jumat (18/10/2013).
Prediksi nilai kerugian tersebut, menurut Gatut, berdasarkan hasil perhitungan jumlah penumpang KRDI yang naik dari Stasiun Madiun ke Yogyakarta dengan rata-rata 300 orang atau 75 persen dari kapasitas KRDI. Hasil tersebut kemudian dikalikan dengan harga tiket Rp 50 ribu per penumpang dan dikalikan masa istirahat KRDI ber-AC tersebut selama 10 hari.
Gatut menjelaskan, permasalahan teknis yang merugikan PT KAI Daop VII tersebut akibat keterlambatan masa perawatan. Proses perawatan mesin KRDI seharusnya dilakukan beberapa bulan lalu bersamaan dengan pengecekan rangka bawah. Namun saat itu, suku cadang belum tersedia sehingga perbaikan batal dilaksanakan.
“Sebenarnya mesin harus dirawat Juni lalu, karena sudah menempuh waktu perjalanan lebih dari 6.000 jam,’’ jelas Gatut.
Selama masa perawatan KRDI, PT KAI Daop VII mengimbau agar penumpang dari Madiun dengan tujuan Yogyakarta memanfaatkan kereta-kereta dengan rute jalur selatan lainnya, seperti KA Sancaka, Argo Wilis, Pasundan, Logawa, Malioboro, Sritanjung, Kahuripan, Gajayana, Mutiara Selatan, Bima, serta Turangga.
“Banyak yang beralih ke kereta lain,” imbuhnya.
Ayu Widyawati, petugas pelayanan pelanggan di Stasiun Madiun, mengatakan, selama KRDI Madiun Jaya berhenti beroperasi, sebagian besar penumpang beralih ke KA Sancaka dan Malioboro.
“Kalau harga tiket memang lebih mahal dari KRDI Madiun Jaya,” ungkapnya.
Untuk tiket KA Sancaka dengan tujuan Madiun–Yogyakarta mencapai Rp 140 ribu, padahal dengan KRDI Madiun Jaya penumpang hanya merogoh kocek Rp 50 ribu.