KRL Anjlok, PT KAI Siapkan Alternatif Bus Rute Bogor

Menhub Budi Karya Sumadi meninjau KRL yang anjlok
Menhub Budi Karya Sumadi meninjau KRL yang anjlok - jabarnews.com

JAKARTA – PT Api Indonesia (PT KAI) menyiapkan bus jurusan sebagai transportasi alternatif menyusul anjloknya (kereta rel listrik ) di Kebon Pedes, Bogor pada hari Minggu (10/3) kemarin. Pasalnya, hingga berita ini ditayangkan, pelayanan KRL untuk sementara waktu hanya satu jalur karena masih ada perbaikan sarana kabel listrik dan jalur rel.

“Kami sudah menyiapkan alternatif angkutan, untuk saudara-saudara kita yang biasa setiap hari pergi ke kota atau pulang-pergi,” ujar Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro, dilansir Viva. “Transportasi alternatif tersebut berupa angkutan massa bus yang beroperasi di Bogor. Secara teknis, penyiapan transportasi alternatif ini sudah dikoordinasikan dengan BPTJ.”

Sementara itu, Kepala BPTJ, Bambang Prihartono, menambahkan ada puluhan bus yang mereka siapkan sebagai transportasi alternatif. Bus-bus tersebut akan berangkat setidaknya dari tiga titik, yakni Terminal Baranangsiang, Bubulak, dan Ciawi. Bus yang disiapkan antara lain Bogor-Tanjung Priok sebanyak 26 unit, rute Bogor-Bekasi sebanyak 11 unit, rute Bogor-Kampung Rambutan 3 unit, dan rute Bogor-Lebak Bulus sebanyak 10 unit.

“Selain itu, ada juga bus Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta (APTB) rute Bogor (Bubulak) ke Rawamangun, Blok M, dan Grogol sebanyak 30 unit, dengan kapasitas masing-masing 40-50 orang,” jelas Bambang. “ dapat membayar ongkos sesuai dengan tarif bus yang berlaku, tarif tidak berubah.”

Pada hari Minggu kemarin, KRL 1722 relasi -Bogor mengalami kecelakaan keluar dari rel di kawasan Kebon Pedes, Kabupaten Bogor sekitar pukul 10.15 WIB. Akibat KRL tersebut, diberitakan CNN, sebanyak 19 orang di dalamnya, termasuk masinis dan petugas kereta (PPK) mengalami luka-luka.

, Budi Karya Sumadi, mengatakan bahwa seluruh biaya perawatan penumpang akan ditanggung sepenuhnya oleh PT KAI (induk dari PT Kereta Commuter Indonesia) dan Kementerian Perhubungan. Sayangnya, hingga saat ini, penyebab anjloknya KRL masih dalam identifikasi, sehingga Budi masih belum dapat menyampaikan penyebabnya.