Bandung – Pembangunan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dinilai sebagai solusi tepat untuk mengatasi masalah perlintasan kereta api sebidang yang kerap menimbulkan kecelakaan. Pandangan ini disampaikan Basuki Hadimoeljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Saya mendengar dari Pak Menteri Jonan (Menteri Perhubungan), bahwa angka kecelakaan masih tinggi pada perlintasan sebidang kereta api. Kami akan rangkul Kemenhub untuk coba menawarkan solusi perlintasan sebidang kereta melalui jembatan layang dengan struktur baja bergelombang ini,” kata Basuki, Jumat (10/6).
Inovasi jembatan layang (flyover) menggunakan struktur baja bergelombang ini merupakan hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) yang pertama kali diterapkan di persimpangan Antapani, Kota Bandung.
Jembatan layang Antapani sendiri merupakan proyek kerja sama antara Balitbang Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan PT Posco Steel Korea. Pembangunan jembatan layang dengan bentang 44 meter ini bertujuan mengatasi kemacetan di persimpangan sebidang Antapani, tepatnya di Jalan Jakarta-Terusan Jakarta yang selama ini menjadi poros kemacetan.
“Kami telah melakukan pengujian dan penghitungan yang cermat mengenai kekuatan jembatan. Hasilnya bisa bertahan lama dan efektif serta lebih murah,” ujar Kepala Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan Balitbang Kementerian PUPR, Herry Vaza.
Di Eropa, pembangunan jembatan layang menggunakan struktur baja bergelombang sudah sejak lama dilakukan. Selain karena lebih ekonomis, pelaksanaan pembangunannya juga dinilai lebih efisien dan tidak kalah kuat dengan jembatan layang berstruktur beton bertulang. Pembangunan jembatan dengan struktur baja bergelombang mampu menghemat hingga 40% dibanding jembatan dengan konstruksi beton bertulang.