Jakarta – Pemerintah optimis proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Jabodetabek dapat beroperasi sesuai target. Kepala Subdirektorat Kelayakan Jalan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Jumardi menuturkan bahwa kini pembahasan LRT Jabodetabek sudah sampai tarif.
Berdasarkan pembahasan dengan Menko Kemaritiman, terdapat 3 usulan tarif, antara lain Rp 10.000, Rp 12.000, dan Rp 15.000. Untuk sementara ini tarif yang dianggap paling ideal untuk LRT Jabodetabek adalah Rp 12.000 per orang.
“Supaya banyak orang beralih ke transportasi umum. Tapi masih harus mempelajari rencana bisnis investor, yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI) kepada Kementerian Perhubungan,” ujar Jumardi. Jika tarif tersebut memang diberlakukan, maka pemerintah akan memberikan subsidi. Pasalnya, dalam perhitungan awal, lintasan Cibubur-Cawang-Dukuh Atas idealnya memasang tarif Rp 40.000 per orang.
Meski demikian, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan bahwa hingga kini pihaknya masih terus mengkaji tarif LRT. “Jadi Rp 12.000 itu baru kira-kira. Bisa aja nanti kemahalan, nanti kita akan survei lagi. Kita akan lakukan survei berapa kemampuan masyarakat. Sehingga nantinya kita dapat menemukan angka,” katanya.
Sayangnya, proyek LRT Jabodetabek ini masih terkendala oleh keterbatasan anggaran. Skema pendanaan proyek ini nantinya adalah dari APBN sekitar 30%, melalui suntikan modal ke KAI. Kemudian sisanya adalah dari pinjaman perbankan.
Oleh sebab itu pemerintah sedang merevisi Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kereta Api Ringan agar dapat mengatasi permasalahan pendanaan. Proyek LRT Jabodetabek sendiri menghabiskan dana sekitar Rp 27 triliun dan sampai saat ini masih terus digarap oleh PT Adhi Karya Tbk.
Per tanggal 14 April 2017, progres proyek LRT Jabodetabek mencapai 12 persen dengan rincian lintasan Cibubur-Cawang 25,4%, Cawang-Dukuh Atas 1,4%, dan Cawang-Bekasi Timur 11,9%. Sementara itu progres proyek serupa di Palembang sudah mencapai 40,6% pada pertengahan April ini.