Terowongan Sasaksaat dibuat pada tahun 1902-1903 dengan cara melubangi Bukit Cidepong yang terbentuk dari batu. Sekarang ini, dengan lintasan sepanjang 949,16 meter, ia merupakan terowongan terpanjang yang masih aktif dilintasi kereta api di Indonesia. Panjangnya hanya kalah dari terowongan Wilhelmina (1.208 meter) antara Banjar-Cijulang yang sekarang sudah tidak aktif. Dengan teknologi kontraktor perusahaan SS (Staatsspoorwagen) yang membangunnya pada masa itu, pastinya proses pembuatan terowongan dikerjakan secara padat karya.
Berdasarkan cerita warga, pembangunan terowongan Sasaksaat melibatkan ribuan pekerja. Selama setahun masa pembangunan itu, prosesnya banyak memakan korban jiwa. Tak sedikit pula rakyat Indonesia yang tidak tahan akibat dipaksa kerja rodi hingga akhirnya jatuh sakit dan meninggal ditempat. Konon jasad para pekerja itu dimakamkan di sekitar terowongan yang menyerupai benteng ini.
Bangunan Hikmat 503 ini berada di lintasan kereta antara Purwakarta dan Padalarang di Km 143 + 144 antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati. Keberadaannya membelah perbukitan Cidepong di Kampung Sasaksaat Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Terowongan Sasaksaat dirancang-bangun dengan ketelitian yang tinggi, mengingat tingkat kesulitan pembangunan di tanah berkontur perbukitan di daerah itu. Ada perhitungan kemiringan dan tikungan 16-25 derajat, sehingga terowongan bisa dibangun sesuai dengan kontur perbukitan di lokasi tersebut.
Walau lintasan terowongan Sasaksaat ini lurus, namun permukaan di dalamnya sengaja dibuat menanjak di bagian tengah. Arsiteknya merancang permukaan dalan terowongan sengaja dibuat meninggi agar air hujan maupun dari sela-sela dinding terowongan tidak menggenang di dalamnya, namun mengalir keluar. Di dalam terowongan itu terdapat 35 sleko yang berada 17 kiri dan 18 kanan dari arah Stasiun Sasaksaat.
Jalur rel kereta api di Terowongan Sasaksaat itu merupakan spur-tunggal (single track). Sehingga, diperlukan pengaturan lalu lintas saat kereta api dari dua arah berbeda hendak masuk ke terowongan secara bergiliran. Di kedua ujung terowongan terdapat gardu jaga yang dijaga 24 jam oleh JPTw (Juru Periksa Terowongan) di gardu jaga untuk mengawasinya.
Jalur rel sebelum masuk ke dalam terowongan, baik dari arah Barat maupun Timur dibuat sedikit melengkung. Untuk pengamanan, track relnya diberi rel paksa (gongsol). Karena tingkat kepadatan kereta api yang melintas, maka terowongan itu memerlukan penjagaan khusus.
Jalur kereta api yang melintasi terowongan Saksaat merupakan penghubung rute Jakarta-Bandung yang termasuk jalur padat. Dalam satu jam bisa ada empat kali kereta api yang melintas. Setiap hari, terowongan dilintasi 44 rangkaian kereta api secara periodik.
Sembelihan jelang 17 Agustus
Ritual potong kambing selalu dilakukan di terowongan itu menjelang 17 Agustus tiap tahun. Kegiatan itu sudah berlangsung turun temurun dan disangkal berkaitan dengan dunia mistis, apalagi sesuatu yang gaib.
Ritual potong kambing, dilakukan untuk mengenang dan mengingat pengorbanan masyarakat Sumur Bandung dan Mandalasari yang dipaksa rodi (kerja paksa) dalam pembangunan terowongan Sasaksaat oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) milik pemerintah kolonial Belanda. Terowongan yang memiliki tinggi 4,30 meter, lebar 4,38 meter, dan tebal dinding beton 0,85 meter ini dibangun tahun 1902 dan diresmikan tahun 1903. Tahun pembuatannya diabadikan tepat di atas mulut terowongan.
Selain itu, ada pula cerita heroik saat ada kereta yang mogok dan berisi tentara Belanda kemudian yang diserang pejuang Indonesia di terowongan itu. Alkisah, pejuang Indonesia menjebak tentara Belanda di dalam terowongan lantaran tembok beton terowongan itu tidak bisa dihancurkan dengan bom.
Tahun 2014 ini rencananya ritual serupa akan dilaksanakan pada Sabtu, 16 Agustus 2014 bertempat di ujung Barat terowongan yaitu Kampung Cihanjuang, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. Sementara pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tahun lalu, ritual potong kambing dilakukan di ujung Timur terowongan, di Kampung Sasaksaat, Desa Sumbur Bandung, Kecamatan Cipatat.
Dalam peringatan itu kambing disembelih tepat di mulut terowongan. Bukan untuk dijadikan sesajen, namun dimasak kemudian dibagi-bagikan kepada warga setempat.