Solo – PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop VI Yogyakarta akan mengubah jadwal perjalanan KA perintis Batara Kresna rute Stasiun Purwosari-Stasiun Wonogiri mulai tanggal 1 April 2018 mendatang. Jadwal KA Batara Kresna sendiri kabarnya akan dikembalikan seperti semula.
Pasalnya, jadwal keberangkatan KA Batara Kresna saat ini dianggap kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini terlihat dari okupansi atau tingkat keterisian yang hanya 10% dari kapasitas 150 kursi pada jadwal perjalanan pertama pukul 04.00 WIB dari Stasiun Purwosari.
“Jadi setiap pagi itu keretanya ngglondang (kosong) begitu. Selain tidak sesuai kebutuhan masyarakat, setiap perjalanan lepas dini hari itu selalu ada kendala di sepanjang lintasan. Contohnya di Jl. Slamet Riyadi kerap sekali ada pengguna jalan raya yang pada pagi buta itu menaruh barang atau parkir kendaraan di atas jalur rel,” ujar Marcomm Manager PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop VI Yogyakarta, Eko Budiyanto, Rabu (21/3), seperti dilansir Solopos.
Atas dasar itu akhirnya pihak KAI menggeser jadwal perjalanan KA Batara Kresna pertama pada jam 06.00 WIB dari Stasiun Purwosari, lalu perjalanan kedua yang tadinya diberangkatkan dari Stasiun Purwosari pukul 08.00 dipindah ke pukul 10.00 WIB. “Dengan pergeseran jam perjalanan ini harapannya operasional Batara Kresna benar-benar bisa bermanfaat, load factor juga naik,” ungkap Eko.
Dengan perpindahan jam operasional pada pukul 06.00 WIB dinilai relatif mengakomodir kebutuhan masyarakat yang ingin bepergian ke Solo-Wonogiri. “Perubahan jadwal kereta Batara Kresna ini juga untuk mengakomodasi permintaan masyarakat yang menghendaki jam perjalanan yang lebih akomodatif dengan kegiatan masyarakat. Sebab keberadaan Kereta Batara Kresna tidak hanya untuk perjalanan para pekerja, tapi juga untuk bisnis dan wisata,” jelasnya.
“Kami tidak bisa menghitung berapa kerugiannya karena KA Batara Kresna adalah kereta perintis yang sampai saat ini masih dikelola Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perkeretaapian. PT KAI hanya sebagai operator. Ya, jadi sudah dipastikan, kalau keterisiannya hanya 10%, jalan sampai Wonogiri, pasti rugi,” sambung Eko.
Dengan adanya kereta perintis tersebut, ke depannya pemerintah akan memperbanyak kereta yang dioperasikan pada lintasan tersebut. “Ke depan kereta yang melintas di lintasan Solo-Wonogiri bakal semakin banyak. Kalau nanti ada KRL, kemudian kereta bandara dibuka, kereta Wonogiri itu akan banyak berintegrasi dengan Prameks dan KRL di lintas utama atau lintas raya,” tandasnya.