PALEMBANG – Untuk meningkatkan okupansi LRT (Light Rail Transit) Palembang, Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan melakukan inovasi dengan menjadikan stasiun sebagai pusat rekreasi masyarakat. Nantinya akan ada fasilitas seperti gerai kuliner, realisasi stasiun LRT tersebut sebagai pusat rekreasi masyarakat diharapkan pada Oktober 2021 mendatang.
“Stasiun ini bisa lebih dioptimalkan tidak sekadar menjadi tempat transit penumpang, tetapi sebagai pusat rekreasi masyarakat karena potensi untuk dikunjungi lebih besar,” terang Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan, Amanna Gappa, dilansir dari Antara. “Lokasinya strategis, berada di antara objek wisata seperti Jembatan Ampera yang megah berdekatan dengan Sungai Musi, pusat perbelanjaan 16 Ilir, Monpera, Benteng Kuto Besak, dan Masjid Agung.”
Gappa melanjutkan, pihaknya juga mendorong para komunitas dapat memakai ruangan di Stasiun Ampera berukuran 400 meter dengan fasilitas gedung dapat digunakan untuk membuat kegiatan. Komunitas seperti kampus, budayawan, atau seniman, disediakan ruangan, sehingga dapat dipakai dengan biaya sewa yang dijamin tidak mahal.
Pihaknya juga memberikan kesempatan di kalangan pengusaha untuk memasang promosi lewat usahanya dengan pemasangan billboard di LRT. Selain meningkatkan okupansi penumpang, inovasi yang dibuat pihaknya bertujuan agar LRT Palembang tumbuh sebagai tempat usaha dan bisnis. “Kami coba program ini dulu meski tidak signifikan, karena kami yakin dapat menambah pendapatan di luar tiket,” sambung Gappa.
Sebelumnya, Humas PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Divisi Regional III Palembang, Aida Suryanti, mengatakan bahwa selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), LRT Palembang hanya melayani pengantaran penumpang sebanyak 3.300 orang per hari. Jumlah tersebut menyusut 33 persen jika dibandingkan dengan sebelum PPKM pada Juni lalu, yang rata-rata harian mencapai 5.300 penumpang.
“Menurunnya penumpang LRT disebabkan minimnya aktivitas masyarakat di luar rumah, baik itu kegiatan pendidikan, perkantoran, maupun aktivitas ekonomi, khususnya perjalanan wisata,” ujar Aida. “Kendati demikian, seiring membaiknya kondisi penyebaran Covid-19 di Palembang, secara perlahan okupansi sudah mulai tumbuh.”