BEKASI – Seorang anak jalanan berumur 9 tahun, Riski, yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen, tewas tersambar kereta api Cirebon Ekspres yang melaju kencang dari arah timur menuju Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, sekitar pukul 12.27 WIB Jumat (8/11/2013).
Saat itu Riski dan temannya tengah asyik bermain disekitar jalur satu, perlintasan kereta dekat Stasiun Bekasi. Perlintasan tersebut terletak di Kampung Pintu Air RT 2/ RW 1, Margamulya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Ketika jenazahnya ditemukan warga, kepala bocah yang diketahui sebagai warga Cirebon tersebut, mengalami luka yang cukup parah dan langsung meninggal di tempat. Marcel, seorang saksi mata, memberikan keterangan kepada media bahwa siang tadi, usai mandi di kali terdekat, Riski hendak menyebrang ke seberang rel. Namun tba-tiba kecelakaan tersebut terjadi.
“Saya sempat mendengar ada benturan keras. Pas saya dekatin, kepala si anak itu sudah pecah,” imbuhnya.
Marcel juga mengtakan, saat di dekat rel kereta, Riski tidak mendengar suara kereta yang datang dari arah Cirebon menuju Bekasi.
“Padahal temannya yang lain, saat kereta melintas sudah memperingatkan Riski, tapi Riski seakan tidak mendengar dan seketika itu juga langsung tersambar dan terseret kereta api sejauh 100 meter,” ungkap Marcel.
Kepala korban mengalami luka yang cukup parah meskipun tubuhnya masih utuh. Korban kemudian segera dilarikan ke RSUD Kota Bekasi. Riski diketahui baru 3 minggu menetap dan mengamen di sekitar stasiun Bekasi. Kejadian tersebut sempat menggemparkan warga sekitar. Satpam dan Marinir yang merupakan pihak keamanan Stasiun Bekasi, kemudian bergegas mendekat ke tempat kejadian.
Sementara itu, Abdul Rauf (44) ketua RW setempat mengatakan, oleh warga sekitar korban dikenal sebagai tunawisma yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen jalanan di bawah jembatan layang Summarecon. Setiap malam, korban selalu tidur bersama teman-temannya disekitar Stasiun Bekasi.
Rauf menambahkan, warga sekitar juga telah sering mengingatkan agar korban tidak bermain apalagi mandi di Kali Pintu Air. Karena letaknya yang sangat dekat dengan jalur satu perlintasan kereta Stasiun Bekasi. Namun, Riski dan teman-temannya tidak menggubrisnya.
“Tapi memang anak-anak itu susah diatur. Selain itu petugas keamanan stasiun juga kurang tegas,” ungkap Rauf.
Kasus tersebut kemudian ditangani petugas Polsek Bekasi Utara. Aiptu R. Sudarisman, Kepala Unit Sentra Pelayanan Kepolisian Polsek Bekasi Utara, mengatakan, korban meninggal setelah kepalanya terhantam kereta yang melintas.
“Mayatnya kami akan evekuasi ke RSUD Bekasi,” ujarnya.