JAKARTA – Rencananya besok, Kamis (22/8/2013), PT KJC akan meluncurkan Tiket Harian Berjaminan (THB) sebagai pengganti kartu single trip (KST). Namun sejumlah penumpang KRL sangat menyayangkan hal ini.
Sebagian penumpang bahkan memiliki anggapan bahwa kebijakan terkait THB mengada-ada dan akan lebih merepotkan penumpang.
“Kereta api itu kan angkutan umum, masak penumpang harus ngasih jaminan segala. Kayak orang mau ngutang di bank saja,” keluh Abdul Wahab, seorang karyawan perusahaan swasta di Jalan Kebon Sirih Raya ini.
Abdul yang merupakan warga Tambun, Kabupaten Bekasi, menilai kebijakan baru ini akan menambah repot para penumpang KRL Commuter Line.
Dengan diberlakukannya THB, penumpang KRL harus mengantre dua kali, yaitu pada saat membeli tiket di stasiun peberangkatan, serta ketika menukarkan THB dengan uang jaminan di stasiun akhir.
“Kalau alasan banyak kartu yang hilang, kan tinggal diperketat saja pengawasan di pintu keluar masuknya penumpang. Ini (THB) malah bakal lebih ribet lagi ntar,” imbuhnya.
Seorang mahasiswa pasca sarjana di perguruan tinggi di Bogor, Abu Elhaq, jugga mengeluhkan hal yang sama.
“Saya hanya 2-3 kali seminggu kuliah, makanya selama ini lebih sering pakai kartusingle trip,” ujarnya.
Abu menduga, jika THB diterapkan, maka antrean penumpang KRL akan bertambah panjang. “Antrean orang bakal panjang banget tuh. Sekarang aja kalau pagi orang antre udah berjubel. Ntar orang mau pulang juga antre lagi,” keluhnya.
Baik Wahab maupun Abu kurang setuju dengan kebijakan yang diambil pengelola Commuter Line yang sering kali berubah. Namun, pelayanan terhadap penumpang kurang diperhatikan.
“Gerbong Commuter Line jadi bejubel, tapi beberapa kereta malah AC-nya mati. Padahal itu pintu gerbong tertutup rapat. Penumpang nggak berjubel saja, kalau pintu tertutup dan AC mati, di dalam jadi pengap,” ujarnya.
Hariyanto, Kepala Stasiun Bekasi, mengatakan bahwa sosialisasi THB sudah dilakukan semenjak dua hari lalu dengan menempelkan spanduk serta diberitakan melalui pengeras suara.
“Wajar saja, kalau ada kebijakan baru, pasti banyak keluhan. Tapi kalau sudah jalan, biasanya aman-aman saja,” ujarnya.
Secara garis besar, imbuh Hari, kebijakan THB itu ditargetkan untuk menyasar pengguna kartu single trip yang jumlahnya sekitar 18.000 orang per hari.
“Paling nggak harus ada posko. Kalau nggak, bisa babak belur. Apalagi ini mengubah tradisi. Penggunaannya tinggal ditempel, bukan dimasukkan seperti kartu single trip. Nanti solusinya, lubang kartu akan ditutup lagi,” imbuh Hari.
Sementara itu, untuk mengantisipasi gangguan teknis, pihaknya sudah tidak lagi menjual kartu single trip pada Rabu (21/8/2013) mulai pukul 10.00 pagi.
“Sebagai ganti sementara sampai diberlakukannya THB, pemberian tiket manual menggunakan kertas akan dijalankan,” pungkasnya.