
JAKARTA – Lonjakan penumpang yang terjadi di Jabodetabek mendorong PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) untuk segera melakukan perluasan stasiun serta menambah pintu elektronik atau gate di stasiun se-Jabodetabek. Lonjakan ini terjadi setelah diberlakukannya tarif progresif dan e-ticketing. Eva Chairunnisa, Manajer Hubungan Masyarakat PT KCJ, mengatakan penambahan gate ini sesuai dengan penataan stasiun yang sedang dilakukan oleh PT KAI.
“Penambahan gate ini didukung perluasan stasiun, seperti di Bogor sudah diperluas dan dapat membuat 15 gate,” kata Eva kepada Tempo, Selasa, 9 Juli 2013.
Menurut Eva, perluasan stasiun ini termasuk dalam program penataan ulang stasiun yang dilakukan oleh PT KAI untuk mendukung penerapan e-ticket dan tarif progresif. “KCJ hanya sebagai operasional. Perluasan penataan ulang, penertiban pedagang, sampai penutupan pintu liar dilakukan PT KAI,” imbuhnya.
Penerapan e-ticket dan tarif progresif sejak awal Juli 2013, membuat jumlah penumpang KRL commuter se-Jabodetabek meningkat, yang sebelumnya450 ribu orang per hari menjadi 500-600 ribu per hari. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang ini PT KCJ akan menambah 180 gerbong dan gate tahun ini.
Eva juga mengatakan, penambahan gate ini ditujukan agar penumpang tidak terlalu lama mengantre dan lebih cepat keluar masuk stasiun. “Panjangnya antrean keluar juga karena kurangnya gate ini,” katanya. Namun, Eva belum memastikan kapan PT KAI dan PT KCJ akan menambah jumlah gate di setiap stasiun. “Yang pasti secepatnya, dimulai dari stasiun yang memang lebih dulu membutuhkan penambahan,” ujarnya.
Burhan Sholihin, salah seorang penumpang KRL commuter line Bekasi-Jakarta, sempat mengeluhkan lamanya proses dari turun kereta hingga pintu ke luar Stasiun Sudirman. Sebelum tarif progresif dan e-ticketing berlaku, ia hanya membutuhkan waktu kurang dari semenit untuk keluar stasiun.
“Sekarang saya butuh waktu 5 menit untuk sampai pintu keluar stasiun setiap hari. Bukan hanya di Sudirman, di Stasiun Tanah Abang juga,” ujarnya. Menurut Burhan, hal ini terjadi karena kondisi stasiun kecil dan lonjakan penumpang terus terjadi sejak diberlakukannya e-ticket dan tarif progresif kereta rel listrik (KRL) commuter line.