Perjalanan Sapporo – Tokyo dengan Paket 5 Tiket One-Day Seishun 18 Kippu

Patung Hachiko di Shibuya
Patung Hachiko di Shibuya

Seishun 18 Kippu adalah salah satu paket berupa 5 one-day khusus untuk JR Local train (futsu densha) di seluruh wilayah Jepang. Tiket one-day adalah satu tiket yang bisa digunakan selama seharian penuh dengan tujuan kemanapun sepanjang lintasan JR, khusus untuk local train saja.

Seishun 18 kippu tidak harus digunakan selama lima hari berturut-turut, namun biasanya tiket ini memiliki masa berlaku terbatas. Sebagai contoh, tiket yang kami beli saat itu kadaluarsa pada tanggal 10 Januari 2011. Ketika pengguna memulai perjalanan pada pukul 6 pagi, maka tiket akan distempel satu kali oleh petugas . Tiket tersebut dapat digunakan untuk bepergian dengan local train ke tujuan manapun, dan berlaku hingga terakhir sebelum jam 11 malam pada hari yang sama. Keesokan harinya tiket akan distempel kedua kalinya saat pengguna memulai perjalanan selanjutnya.

Bersama seorang teman asal Mongolia, kami memulai liburan - PP ala backpacker. Pengalaman paling awal yang membuat kami penasaran adalah menyeberang lautan naik kereta api. Yakni, dari Stasiun Kikonai menuju Stasiun Kanita. Awalnya, kami berfantasi melihat pemandangan bawah laut di sepanjang lintasan kereta api, tapi ternyata tidak. Lintasan tersebut tak jauh berbeda dengan terowongan biasa di daratan. Suasananya gelap, hanya terlihat ada terowongan-terowongan kecil yang mungkin merupakan struktur bangunan untuk memperkokoh terowongan itu.

Kami bermalam di kota Hakodate pada hari pertama, sementara untuk hari kedua kami memilih menggunakan night train. Karena itu, saat membeli seishun 18 kippu kami juga memesan kursi Moonlight Echigo untuk tanggal 28 Desember. Kami sampai di Shinjyuku yang merupakan salah satu dari 23 distrik di Tokyo pada hari ketiga (29 Desember 2010) pukul 5.10 pagi.

Kami yang hanya punya uang pas-pasan nekad bermalam di lobi stasiun Hakodate. Sebenarnya agak riskan untuk bermalam di stasiun, apalagi kami perempuan. Malam itu kami sempat diajak bicara oleh orang jepang yang sepertinya sedang mabuk atau kurang waras. Orang Jepang memang menggemari minuman beralkohol, apalagi saat musim dingin. Tapi biasanya orang yang mabuk tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya.

Selama berada di Tokyo, kami bermalam di tempat tinggal seorang teman. Kami mengunjungi Meiji Shrine di Harajuku, mencoba Rumah Hantu versi Jepang –yang tidak seseram wahana rumah hantu Indonesia– di Tokyo Dome, berfoto di depan Tokyo Tower, dan nampang bersama patung si anjing setia “” di Shibuya. Di pusat Distrik Shibuya, kami juga makan sushi di sebuah kedai standing sushi yang cukup enak.

Tokyo adalah kota yang sangat sibuk. Jalanannya hampir tidak pernah sepi. Begitu pula kehidupan di stasiun. Tidak seperti di Sapporo, Tokyo memiliki jaringan rel kereta api yang cukup banyak. Ada rel yang merupakan milik JR, namun ada pula yang dimiliki oleh Odakyu grup. Selain itu, seingat saya, kereta apinya memiliki enam jenis. Antara lain, local train, semi-local train, dan express. harus cermat memilih kereta yang akan ditumpangi. Bila merasa ragu, jangan sungkan bertanya daripada tersesat. Sebisa mungkin gunakan bahasa Jepang, karena kita sedang berada di Jepang. Orang jepang biasanya agak kikuk bila diajak berbicara dengan bahasa Inggris.

Ketika menaiki local train di wilayah utara Pulau Honshu, kami langsung mencari tempat duduk yang kosong. Saat itu kami hanya mendapati tempat duduk double yang saling berhadapan. Di situ, sudah ada seorang pemuda Jepang.

Ketika kami duduk di hadapannya, ekspresi pemuda itu berubah kikuk sambil terus memandangi pintu masuk kereta. Ternyata benar, ketika seorang pemuda lain masuk, si pemuda tersebut langsung berdiri, buru-buru menghampiri temannya itu serta mencari tempat duduk lain. Dia ternyata patuh mengikuti petunjuk “Hati-hati terhadap orang asing”. Itu mungkin merupakan salah satu paradigma yang sebaiknya diubah.

Bukan hanya ketika berangkat, dalam perjalanan pulang pun, kami menginap di stasiun. Kali ini kami menginap di ruang tunggu Stasiun Akita. yang dingin disertai aroma alkohol yang sangat menyengat hampir membuat kami menyerah. Meski tidak mengetahui temperatur di Akita malam itu, saya yang sudah mengenakan jaket tebal masih merindukan hangatnya selimut tebal. Maklum, kami berkeliling dalam bulan Desember yang merupakan musim dingin.

Keesokannya kami mendapati situasi yang tidak kami duga. Kereta yang kami naiki dari Akita ke Hirosaki terhenti di Odate. Kereta tersebut tidak bisa melanjutkan perjalanan karena salju terlalu tebal. Penumpang ditransfer ke bus. Perjalanan memakan waktu lebih lama. Kami sampai di Hirosaki sekitar sejam lebih lambat dari jadwal yang sudah kami rencanakan.

Karena adanya perubahan dalam rute perjalanan pulang, Seishun 18 Kippu kami masih tersisa satu. Tiket tersebut kami gunakan untuk melancong ke Otaru pada 10 Januari 2011. Otaru sangat terkenal dengan suvenir yang berupa gelas cantik. Pengunjung juga berkesempatan melihat pembuatan suvenir tersebut.

Selain suvenir gelas, menu makanan biota laut tidak boleh dilewatkan ketika mengunjungi Otaru. Saat itu saya membeli satu porsi sushi seharga JPY 1.100. Isinya, delapan potong sushi dengan topping beragam. Di antaranya, telur salmon (ikura), timun laut (uni), cumi-cumi (ika), tuna (maguro), kerang (hotate), sup kepiting, dan cawanmushi.

Bagi saya, perjalanan dengan Seishun 18 Kippu pada pengujung 2010 itu merupakan kenangan yang tidak terlupakan. Sebagai saran, sebaiknya backpacker dengan Seishun 18 Kippu dilakukan saat summer break. Sebab, bagi kita yang berasal dari negara tropis seperti Indonesia, cuaca pada musim dingin sangatlah tidak bersahabat. Terutama ketika malam. (*)

Khoirun Nisa’
Dokter Hewan – Saat ini menjalani program PhD di Hokkaido University
http://nees10-89.blogspot.com/2014/02/seishun-18-kippu-sapporo-tokyo.html

Tentang Masinis 182 Articles
Memulai karir menulis sejak duduk di bangku SMP sebagai layouter dan redaktur, dan membawa proses kepenulisannya hingga di bangku kuliah. 10 tahun terakhir aktif sebagai tenaga desainer di sebuah perusahaan yang berpusat di Malang. Beberapa tahun terakhir menjadi penumpang setia kereta api pagi rute Malang-Surabaya yang berangkat dari Stasiun Kotabaru jam 04.20 setiap hari. Sejak itu, penulis tertarik dengan segala hal tentang kereta api dan sistem transportasi publik.