
Tasikmalaya – PT Kereta Api Indonesia (KAI) berupaya mempromosikan KA Galunggung relasi Kiaracondong-Tasikmalaya yang baru saja beroperasi dengan cara yang unik. KAI bekerja sama dengan komunitas sepeda lipat untuk berkeliling di Kota Tasikmalaya sembari mencicipi wisata kuliner lewat kegiatan bertajuk Rail Bike with Galunggung Train di Kota Tasikmalaya, Sabtu (12/1) kemarin.
“Jadi bagi para pencinta sepeda di Bandung atau di Tasikmalaya bisa melakukan aktivitas gowes di luar kota dengan membawa sepeda ke kereta,” kata Direktur Keuangan PT KAI Didiek Hartantyo, di Stasiun Tasikmalaya, Sabtu (12/1), seperti dilansir Kompas.
Setidaknya terdapat sekitar 140 pesepeda dari Bandung yang tergabung dalam berbagai komunitas seperti Selb, Brompton, Cepot Lipet Bandung, Brokokok, Hijabstorybike, dan Seliisme. Kegiatan gowes tersebut juga diikuti oleh para pegawai KAI yang memiliki hobi bersepeda.
Acara ini sengaja diselenggarakan oleh PT KAI untuk mengenalkan berbagai potensi wisata Tasikmalaya serta rencana reaktivasi sejumlah jalur kereta api lama di Jawa Barat. Para pesepeda tiba di Stasiun Tasikmalaya sekitar jam 09.27 WIB dengan naik KA Galunggung, lalu dilanjutkan dengan bersepeda dari Stasiun Tasikmalaya ke Jembatan Cirahong di perbatasan Tasikmalaya-Ciamis. Kemudian diteruskan ke Taman Wisata Karang Resik untuk menikmati pemandangan sunset alias matahari terbenam.
Pada malam hari, pesepeda mengadakan sharing session atau diskusi untuk memberi masukan pada PT KAI seputar pelayanan terhadap masyarakat. “Hari keduanya, peserta diajak gowes berkeliling Tasikmalaya sebelum kegiatan berakhir di Stasiun Tasikmalaya kembali sekaligus pulang lagi ke Bandung pakai kereta Galunggung,” sambung Didiek.
Selain untuk memperkenalkan KA Galunggung, PT KAI juga ingin mensosialisasikan aturan membawa sepeda dalam kereta api. “Aturan tersebut menetapkan bahwa bagasi yang dapat langsung dibawa ke dalam KA tanpa dikenakan bea tambahan adalah di antaranya sepeda lipat atau sepeda biasa yang dikemas sedemikian rupa dalam keadaan komponen-komponennya tidak dirakit menjadi sepeda utuh,” jelas Didiek.
Lebih lanjut Didiek menjelaskan, ke depannya penggunaan kereta untuk membawa pesepeda lipat yang hendak berkeliling ke sejumlah daerah akan terus disosialisasikan. “Sehingga komunitas sepeda ini kalau bersepeda di daerah bisa menggunakan kereta api dengan catatan pakai sepeda lipat,” tutupnya.