Proyek Kereta Jakarta-Surabaya Diputuskan Bulan Agustus 2017

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan - detak.co
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan - detak.co

Kajian awal untuk yang menghubungkan Jakarta dengan bakal diselesaikan pada bulan Agustus mendatang. Saat itu, bakal menentukan apakah proyek ini akan menggunakan kereta listrik (elektrik) atau kereta dengan diesel, selain membangun rel baru atau memakai rel yang lama.

“Dalam laporan kajian sementara, terdapat dua pilihan mesin, yaitu dengan menggunakan kereta listrik (elektrik) atau menggunakan kereta dengan mesin diesel,” jelas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. “Malah, kemarin ada ide baru apakah kita akan menggunakan rel lama atau membangun rel baru.”

Kajian keret cepat Jakarta-Surabaya, sambung Luhut, hingga saat ini masih dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan (BPPT), PT Indonesia (), dan juga pihak Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) dari Jepang. Keputusan tersebut menurut Luhut akan ditentukan pada bulan Agustus 2017 atau bertepatan dengan penyelesaian kajian.

“Jika memakai kereta bertenaga listrik, maka kereta dapat mencapai kecepatan maksimal lebih dari 200 km per jam atau biasa disebut dengan kereta cepat,” sambung Luhut. “Sementara, kalau menggunakan mesin diesel, kecepatan maksimal yang bisa dicapai kereta api berkisar 150 km per jam atau bisa disebut dengan kereta kencang.”

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan telah memasukkan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya menjadi satu proyek strategis. Proyek ini diharapkan dapat rampung pada tahun 2020 mendatang dengan menggunakan lintasan yang sudah ada, sehingga masyarakat bisa dimanjakan dengan berbagai pilihan moda transportasi kereta api.

“Kami mengharapkan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bisa selesai tahun 2020 karena menggunakan lintasan yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan pembebasan lahan,” kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. “Kita bekerja sama dengan Jepang, dan kita akan melihat apakah proyek itu melalui loan jangka panjang sekali, atau apakah b to b.”