JAKARTA – 56 stasiun kereta api lintas utara, dari Cirebon hingga Surabaya, kini sedang dalam proses pemasangan Sistem Interlocking Land (SIL) versi 2 oleh PT LEN Industri. SIL merupakan alat yang fungsinya sebagai pemroses persinyalan kereta api.
“Jadi sistem persinyalan yang lama kita ganti dengan SIL 2 ini. Karena sistem lama ini kan umurnya memang sudah tua, malah sudah ada sejak zaman Belanda,” ujar Bobby Sumarsono, Manager Humas PT LEN Industri, di Jakarta, Senin (19/8/2013).
Proyek penggantian SIL yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini memiliki total nilai kontrak mencapai Rp 1,8 trilun. Selain dana dari APBN, proyek ini juga dilaksanakan atas kerjasama PT LEN Industri dengan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Hingga saat ini, dari Cirebon hingga Pekalongan pengerjaan telah dilakukan, diantaranya adalah Stasiun Rujakan, Stasiun Waruduwur, Stasiun Babakan, Stasiun Losari, Stasiun Tanjung, serta Stasiun Brebes.
“Ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun lalu. Kita mengerjakan 3 kontrak, pertama lintas Cirebon-Semarang, kedua Semarang-Bojonegoro, 2 ini kontrak tahun lalu, kemudian ketiga lintas Bojonegoro-Surabaya yang kontraknya baru awal tahun ini,” imbuh Bobby.
Bobby juga mengatakan, nilai pemasangan SIL di setiap stasiun menelan biaya sebesar Rp 35 miliar. Dengan dana sebanyak itu, pada Juni 2014 pemasangan SIL di seluruh stasiun selesai. Sehingga pada Juli 2014 alat yang telah terpasang bisa dites dan pada Agustus tahun depan telah dapat digunakan.
“Selama pengerjaan proyek ini, kereta tetap beroperasi seperti biasa. Jadi sistem yang sudah ada masih tetap bisa dioperasikan, jadi proyek ini tidak mengganggu,” ungkapnya.
PT Len Industri menerapkan sistem pararel untuk beberapa stasiun yang belum dipasangi SIL versi 2, artinya tidak perlu menunggu 1 stasiun selesai pengerjaannya. Sistem paralel ini dilakukan untuk mengejar target selesai yang telah dicanangkan dalam kontrak.