JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyatakan bahwa realisasi proyek pembangunan kereta super cepat atau shinkansen rute Jakarta-Surabaya di era pemerintahan Jokowi-JK masih belum bisa dipastikan.
Pemerintah belum membahas kelanjutan proyek tersebut usai pembatalan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS).
“Kereta super cepat belum dibicarakan, kan masih wacana,” papar Menteri PPN/Kepala Bappenas, Andrinof A Chaniago di Jakarta, seperti dikutip liputan6 Rabu (12/11/2014).
Gagasan kereta api super cepat yang dinamai Argo Cahaya ini diperkirakan menelan investasi senilai Rp180 triliun. Studi kelayakan kereta ini juga sudah dilakukan sejak 2008, bersama pihak Jepang.
Untuk pelaksanaan FS (feasibility study) pembangunan kereta super cepat selama dua tahun, pemerintah Jepang telah mengalokasikan dana hibah sebesar US$ 15 juta atau Rp 150 miliar.
“Untuk FS kereta api Jakarta-Bandung saja mereka (Jepang) kasih US$ 15 juta dolar. Jarang-jarang ada yang memberi segitu, biasanya paling US$ 1 juta atau US$ 500 ribu,” ungkap Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Dedy S Priatna.
Kereta super cepat ini rencananya akan melayani rute Jakarta-Surabaya sepanjang 685 kilometer dengan waktu tempuh hanya dua jam 53 menit. Kecepatan maksimal kereta ini mencapai 300 km/jam, atau rata-rata 250 km/jam, jauh melebihi kecepatan kereta Argo Bromo yang hanya 90 km/jam.
Untuk rangkaian kereta ini akan digerakkan tenaga listrik. Rencananya, satu rangkaian Argo Cahaya terdiri dari 8-12 gerbong yang mampu mengangkut 600 penumpang.