JAKARTA – PT KAI berkomitmen menghidupkan kembali jalur-jalur kereta api yang sudah lama mati, sebagaimana tertuang dalam rencana induk perkeretaapian nasional. Diharapkan, dengan kembali aktifnya jalur-jalur itu bisa menjadi penghubung utama antarkota.
Menurut Head of Corporate Communication PT KAI Makmur Syaheran, banyak jalur kereta api yang dulu berfungsi namun kini tak dioperasionalkan. “Akan kami maksimalkan jalur-jalur yang sudah lama tidak digunakan.” Menurut Makmur, revitalisasi akan dimulai lebih dahulu di Pulau Jawa. Salah satunya yakni di jalur Kedungjati Grobogan–Tuntang Semarang–Ambarawa Semarang sepanjang 36,7 km.
Makmur menjelaskan, jalur itu merupakan lintasan paling tua dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia. Selain itu, jalur itu merupakan jalur wisata yang kini dijadikan untuk wisata kereta api terbesar di Asia Tenggara. Makmur mengatakan, pihaknya sudah mendata jumlah bangunan milik 160 kepala keluarga (KK) terdampak yang akan mendapatkan uang ganti bongkar dari proyek revitalisasi itu. Bangunan permanen mendapat ganti bongkar Rp250 ribu per meter persegi, bangunan semipermanen Rp200 ribu per meter persegi, namun tanpa ganti tanah karena itu bukan milik warga.
Ke depannya, menurut Makmur, jalur itu akan sangat menguntungkan bagi masyarakat daerah setempat. Sebab, akan dilewati oleh kereta penumpang dan barang. Selain itu, akan beroperasi juga kereta api wisata. “Akan sangat menguntungkan. Karena akan banyak hotel-hotel baru dibangun sehingga memberikan pemasukan bagi daerah,” urai Makmur saat diwawancarai JPNN kemarin (22/8).
Setelah revitalisasi jalur Kedungjati Grobogan–Tuntang Semarang–Ambarawa Semarang, PT KAI akan melakukan revitalisasi jalur rel yang lain. Yakni Semarang-Demak, setelah itu dilanjutkan ke Rembang. Selain itu juga jalur Purwokerto menuju Wonosobo. Makmur berharap, pada akhir tahun jalur itu sudah bisa digunakan.