Penggunaan jalur kereta api sebagai angkutan barang di pelabuhan Tanjung Priok dianggap kurang efisien. Hal ini disampaikan oleh RJ Lino, Dirut PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), dalam acara rapat panjang dengan komisi VI DPR RI di Gedung DPR Jakarta, kemarin (16/9). “Betul (kereta mempercepat pengiriman barang). Kalian tahu kereta di Jepang, keretanya intensif sekali, tapi pangsa pasar pengangkutan barang melalui kereta api hanya 3,8%. (Sisanya) sekitar 60% (menggunakan) angkutan laut, 40% (menggunakan) angkutan truk. Di Jepang tidak hanya satu bidang (transportasi),” ujarnya.
Lino juga menuturkan bahwa penggunaan kereta api sebagai angkutan barang janganlah dijadikan sebagai moda angkutan utama. Jika dilihat dari presentase keefisienan, kereta api terbilang masih belum cukup memadai karena banyak perlintasan jalur kereta api yang masih berupa perlintasan sebidang. “Kalau di Jepang, (pengangkutan barang) kalau enggak underground (bawah tanah), fly over (jalan layang). Nah di Jakarta dari Priok ada banyak perlintasan sebidang, di Kemayoran, Senen, dan banyak sekali perlintasan sebidang,” perjelas Lino.
Berbekal alasan tersebut, Lino memastikan bahwa langkah yang direncanakan oleh Rizal Ramli bukan solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli berencana untuk menggunakan kereta api sebagai angkutan barang di pelabuhan Tanjung Priok. Rizal menilai tindakan ini bisa memangkas waktu bongkar muat barang alias dwell time.