Sejarah Stasiun Jatinegara Dahulu dan Sekarang

CC 201 77 20 / Cirebon Ekspres berangkat dari stasiun Jatinegara (foto: Bagusrailfans)

pernah menjadi sebuah yang paling ramai di Jakarta Timur. Dahulu semua yang akan berpergian, memulai perjalanannya dari stasiun Jatinegara ini. Baik masih dalam wilayah ataupun kota-kota lain di Jawa Barat, Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Stasiun Jatinegara ini merupakan tempat bertemunya tiga jalur yaitu jalur Pasar Senen, Manggarai dan Bekasi.

Pada zaman pemerintahan Belanda, Stasiun ini memiliki nama Staats Spoorwegen (SS). Stasiun ini beberapa kali berganti nama. Stasiun ini pernah bernama Meester Cornelis hingga menjadi Stasiun Jatinegara yang dipakai hingga saat ini.

Aditia Harmawan, pengelola Stasiun Jatinegara , bangunan stasiun ini merupakan stasiun dengan bangunan bersejarah. Peron stasiun ini dibangun sejak tahun 1910, dan telah mengalami renovasi namun tidak menghilangkan bentuk asli bangunan.

Stasiun Jatinegara ini telah berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Stasiun ini tidak lagi dapat menaikkan penumpang ke arah luar Jabodetabek. “Kereta-kereta ke Jawa tidak bisa naik dari sini. Tapi kalau turun bisa di sini,” katanya.

Karena hal tersebut stasiun ini menjadi lebih sepi tidak seperti beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun lalu banyak penumpang yang lalu lalang membawa kardus dan tas-tas besar hendak pulang kampung.

Namun penumpang kereta yang memiliki tujuan Jabodetabek masih bisa naik dari stasiun ini. Mereka adalah penumpang KRL. KRL sendiri telah ada di Jakarta sejak tahun 1925.

Pada tahun itu pengelola dipegang oleh Belanda. Bukan hanya di wilayah Jakarta, namun diseluruh Jawa di kuasai oleh Belanda. Namun sejak kemerdekaan RI, kereta api telah diambil alih oleh sejak tanggal 28 September. Karena hal tersebut, pada tanggal tersebut diperingati Hari KeretaApi Indonesia.

 

Tentang Mirza Pratiwi 347 Articles
Kontributor berita, berasal dari Madiun: pusat pengembangan industri kereta api di Indonesia. Saat ini sedang menyelesaikan studi Teknologi Informasi di Universitas Negeri Malang. Penulis yakin bahwa masalah transportasi di Indonesia akan lebih baik jika difokuskan pada pembangunan sistem transportasi masal.