Jakarta – Sepanjang tahun 2017 lalu PT Kereta Api Indonesia berhasil meraup laba bersih (belum diaudit) mencapai Rp 1,4 triliun. Pendapatan tersebut mengalami kenaikan cukup signifikan sekitar 40% dari perolehan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1 triliun. Sedangkan tahun 2018 PT KAI menargetkan laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun.
“Pertumbuhan laba tahun lalu tinggi karena ini (KAI) kan perusahaan pelayanan publik bukan bisnis. Keuntungan kami harusnya akan dikembalikan lagi kepada pelayanan,” kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro, seperti dilansir KRJogja. Menurut Edi, kenaikan laba perseroan ditunjang oleh pendapatan angkutan dan barang, meski Edi belum bersedia menyebutkan berapa nominal pastinya.
Pada tahun 2017 sektor angkutan penumpang berhasil melebihi target. Oleh sebab itu Edi yakin jika tahun ini angkutan penumpang bisa kembali meningkat. “Kami akan dorong sedikit (laba) dari penumpang,” jelas Edi. Selama 2017, PT KAI berhasil mengangkut 389 juta penumpang atau naik 11% dari tahun 2016 sebesar 352 juta penumpang. Kenaikan jumlah penumpang tahun lalu disebabkan karena bertambahnya jumlah perjalanan.
Sedangkan untuk angkutan barang tahun 2017 juga dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 13 persen. Jika tahun 2016 PT KAI hanya berhasil mengangkut barang sejumlah 32 juta ton, maka tahun 2017 jumlah meningkat jadi 36 juta ton. Menurut Edi, kontribusi laba PT KAI dari sektor penumpang dan angkutan barang relatif sama.
Terkait pembiayaan, pihak PT KAI telah memperoleh izin untuk menerbitkan obligasi kembali tahun 2018 ini. Edi menuturkan, dari hasil RUPS, PT KAI hanya diizinkan menerbitkan obligasi maksimal Rp 2 triliun. Kelak dana hasil obligasi yang didapat akan dimaksimalkan untuk melakukan peremajaan kereta api yang telah berusia tua, yakni di atas 30 tahun. “Tahap pertama (peremajaan) itu 480 kereta,” tutur Edi. Sayangnya Edi masih belum dapat memastikan kapan tepatnya waktu penerbitan obligasi PT KAI. Edi hanya mengharapkan agar penerbitan obligasi PT KAI bisa dilakukan pada semester I tahun 2018.
