PEKANBARU – Transportasi kereta api di Indonesia telah di kenal sejak zaman penjajahan. Salah satunya, rel kereta api yang membentang sepanjang lebih 300 KM di Riau. Bentangan rel kereta api itu dibangun pada tahun 1942-1944, dengan kerja paksa dari pemerintahan Jepang.
Sayangnya, saat ini tak ada lagi rel kereta api yang dapat ditemui secara utuh. Sejak tahun 1975 masyarakat sudah membongkar rel yang membentang dari Pintu Batu sampai Pekanbaru, lalu menjualnya secara kiloan. Dari 9 lokomotif yang dulunya beroperasi, hingga saat ini hanya tersisa 2 unit. Sedangkan, 7 unit di Sungai Pencong, 1 unit di koto baru sudah habis dijual perkilo.
Dua unit yang tersisa, kini dijadikan bukti otentik sejarah. Satu unit lokomotif dijadikan monumen yang diletakkan di makam pahlawan, jalan Kaharuddin Nasution, Kota Pekanbaru. Sedangkan satu unit lagi berada di kawasan kebun karet masyarakat, di jalan Poros Ganda, Kampar Kiri.
Ahli Spesies WWF Indonesia, Sunarto yang turut menyusuri jejak bentangan rel kereta api menjelaskan dari berbagai referensi yang dia dapat, “Ternyata ada ribuan masyarakat yang mati akibat romusha untuk membangun rel zaman pendudukan Jepang. Sedangkan relnya sekarang sudah dipotong dan dijual orang,” ujarnya di monumen lokomotif sebelum menyusuri jejak bentangan lainnya di Kampar Kiri dan kawasan Suaka Margasatwa bukit Rimbang Baling, Kuantan Singingi.
Tidak lama berbincang di monumen lokomotif jalan Kaharuddin Nasution, rombongan WWF Riau menyusuri jejak sejarah rel kereta api yang membentang di Riau ini langsung melaju ke Kampar Kiri. Sekitar 2 km dari jalan raya desa Kampar Kiri, terlihat sebuah lokomotif sepanjang 25 meter ditumbuhi semak dan rumput liar di kebun karet masyarakat.Sangat disayangkan lokomotif ini tidak terlihat sebagai benda sejarah yang diperhatikan. Sejumlah besi dindingnya bolong, begitupun dengan tumpukan besi lainnya, termasuk mesin penggerak lokomotif tidak lagi ditemui. Lokomotif ini berada di atas landasan tembok. Tidak terdeteksi, kapan tembok penyangga besi tua ini dibangun dan siapa yang membuat. Namun, di dinding belakang lokomotif ini tertulis “Jaga/lestarikan peninggalan sejarah. Pt.Ganda Buanindo”.
Saat pendudukan Jepang masyarakat disuruh kerja paksa, untuk membangun rel kereta api ini. Pekerjaan dilakukan tanpa ampun, tanpa istirahat apalagi upah. Sehingga dalam waktu 2 tahun, rel membentang dan bisa dilalui kereta api. Tujuan jepang membangun rel kereta api, untuk mengangkut hasil tambang batu bara Lagos ke Sawah Lunto.
Menurut masyarakat setempat, perintah membongkar rel di sampaikan langsung oleh Wan Ghalib. Sedangkan Wan Ghalib sendiri mengaku sebagai perintah dari Wakil Gubernur Riau, Wan Abdurragman. Pembongkaran rel sepanjang 300 KM ini selesai dalam setahun. Begitu juga dengan lokomotif, habis terjual dalam waktu setahun.