Stasiun Kedungjati Peninggalan Belanda Siap Dihidupkan Kembali

GROBOGAN – Kedungjati, stasiun yang berdiri di pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan, Kabupaten Grobogan masih utuh seperti awal dibangunnya. Stasiun ini dibangun pada masa penjajahan Belanda, tahun 1868. Stasiun ini digunakan untuk stasiun serta stasiun distribusi barang dengan Ambarawa, Solo, Yogyakarta, Semarang. Namun seiring berjalannya waktu stasiun ini tidak digunakan lagi.

Karena lama sudah tidak difungsikan, banyak orang yang tidak mengetahui keberadan ini. Stasiun ini memiliki 3 bangunan utama yaitu ruang sinyal, gedung kantor dan administrasi. Kereta penumpang terakhir yang menaikkan penumpang adalah KA Pandanwangi jurusan Semarang-Solo dan KA Pandanaran jurusan Semarang-Solo-Pekalongan. Saat ini dalam sehari memang masih ada 12 kereta penumpang dan barang. Namun hanya sebatas melintas maupun transit .

Namun kondisi Stasiun Kedungjati hingga sekarang masih terawat. Mulai dari kebersihan, kondisi bangunan, pencahayaan, kondisi rel juga masih utuh meski sebagian sudah tidak difungsikan lagi. Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1992, stasiun milik tersebut merupakan bangunan cagar budaya.

Eko Joko Susanto, Kepala Stasiun Kedungjati menjelaskan bahwa stasiun ini mengalami renovasi satu kali pada tahun 1905. Renovasi ini dilakukan untuk menambah kapasitas agar dapat menampung lebih banyak penumpang dan barang. Selain itu renovasi ini juga dilakukan untuk menambah kenyamanan.

“Semua bangunan masih asli zaman Belanda,” kata Eko kepada suaramerdeka.com

Yang berubah hanya letak ruang sinyal. Letak ruang sinyal telah dipindahkan. Awalnya berada diantara gedung kantor dan administrasi. Saat ini menjadi di sisi luar gedung kantor. Pemindahan ruang sinyal ini dlakukan karena jalur kereta yang melintas ditengah stasiun tidak difungsikan lagi.

Rencana PT KAI untuk menghidupkan kembali KA , Eko menanggapinya dengan siap. Karena stasiun ini memang tidak mengalami perubahan sejak didirikan sehingga tidak menjadi masalah jika akan dijadikan stasiun penumpang, barang maupun perlintasan.

Tentang Mirza Pratiwi 347 Articles
Kontributor berita, berasal dari Madiun: pusat pengembangan industri kereta api di Indonesia. Saat ini sedang menyelesaikan studi Teknologi Informasi di Universitas Negeri Malang. Penulis yakin bahwa masalah transportasi di Indonesia akan lebih baik jika difokuskan pada pembangunan sistem transportasi masal.