SOLO – Jika tidak ada aral melintang, kereta api Bandara Adi Soemarmo Solo diharapkan dapat beroperasi pada bulan depan, tepatnya tanggal 28 Desember 2019, sebelum momen pergantian tahun. Nantinya, masyarakat yang hendak naik KA bandara ini, akan dikenakan tarif tiket sekitar Rp10 ribu hingga Rp15 ribuan per penumpang.
“Pertengahan Desember sudah selesai konstruksinya, dan harapannya 28 Desember beroperasi dan bisa dioperasikan sebelum Tahun Baru,” ujar Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dilansir dari Tempo. “Sekarang, progres pembangunan sudah mencapai 94 persen, tinggal sedikit saja bagian-bagian yang belum terkoneksi, ada urusannya dengan perlintasan jalan tol dan ada jalan tambahan dengan warga.”
Budi menjelaskan, pengaturan di Stasiun Kadipiro sebagai titik lintasan dari Stasiun Solo Balapan dan lanjutan ke Stasiun Bandara Adi Soemarmo sudah rampung. Saat ini, masih dilakukan pembangunan persilangan di lintasan jalan tol yang dibuat layang (elevated) dan di bawahnya rel kereta. Sementara, soal pembebasan tanah, saat ini dikatakan sudah diselesaikan meskipun agak terlambat.
“Untuk tarif, masih kami jajaki antara Rp10 ribu sampai Rp15 ribu, kita lihat dulu,” sambung Budi. “Tentunya, kita tidak akan memberikan tarif yang nantinya akan menyusahkan masyarakat. Namun, kami akan bicara dengan PT Angkasa Pura I terlebih dahulu, apakah akan di-bundling atau dibayar sendiri.”
Selain itu, untuk menarik minat masyarakat, Budi menambahkan, juga perlu memperbanyak frekuensi perjalanan kereta, sehingga waktu kedatangan (headway) semakin cepat. Menurut rencana, KA Bandara Adi Soemarmo Solo akan berangkat setiap 37 menit dan maksimal 40 menit. Namun, Budi menginginkan agar keberangkatan kereta lebih cepat lagi, yakni 24 menit, untuk meningkatkan tingkat okupansi.
“Karena itu, saya tadi katakan bahwa headway memengaruhi tingkat keterisian penumpang. Headway pertama kali 37 menit. Nantinya, akan bisa ditingkatkan menjadi 24 menit. Jadi, kalau headway rendah, maka makin tinggi,” lanjut Budi. “Hal ini harus diupayakan agar tidak senasib dengan KA Bandara Soekarno-Hatta yang rata-rata keterisian penumpang hanya 30 persen.”