Tarif Progresif KRL Turun, Jumlah Penumpang Akan Meningkat

Jakarta – Mulai tanggal 1 Juli mendatang akan mulai turun. Akibatnya kebijakan ini diperkirakan jumlah KRL akan melonjak. Jumlah penumpang akan naik sekitar 10% dari hari biasanya. Pada hari biasa penumpang KRL sebanyak 500 penumpang.

“Prediksi 10 persen (kenaikan penumpang). Sehari sekitar 500 ribu penumpang. Kalau ini jalan bisa tambah banyak lagi penumpangnya,” ujar Dirut Commuter (KCJ) Ignatius Tri Handoyo kepada detikcom.

Untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang ini, akan mendatangkan KRL baru. Sebanyak 108 unit KRL yang akan didatangkan. Menurut Handoyo, Direktur Utama PT KCJ Agustus 2013 mulai datang 30 unit KRL. Tetapi sebelum siap untuk digunakan KRL ini akan dirakit dan menjalani sertifikasi layak jalan dahulu.

“Jadi tidak bisa langsung jalan, tapi dirakit dulu,” jelas Dirut PT KCJ, Ignatius Tri Handoyo.

Tarif sebelum ada kebijakan turun bersifat flat. Maksudnya bertarif flat disini adalah setiap penumpang membayar denga harga yang sama meskipun melewati jumlah yang berbeda. Misalkan saja seorang penumpang yang naik KRL dari Bogor menuju Jakarta melewati 24 stasiun akan membayar sama dengan penumpang yang naik KRL dari Bogor menuju Manggarai yang hanya melewati 17 stasiun.

Tetapi sekarang PT KCJ telah mengganti kebijakan tersebut. Tarif KRL Commuter Line sekarang bersifat progresif. Maksudnya disini adalah dalam pembayaran tarif disesuaikan jumlah stasiun yang dilewati. Awalnya besaran tarif progresif ini Rp 3000 untuk lima stasiun pertama dan Rp 1000 untuk 3 stasiun selanjutnya.

Tetapi tarif progresif ini turun kembali karena PT KCJ mendapatkan Public Service Obligation (PSO) dari . Tarif progresifnya menjadi Rp 2000 untuk lima stasiun pertama dan Rp 500 untuk 3 stasiun selanjutnya.

Karena adanya penurunan tarif progresif  ini, diprediksi akan ada peningkatan jumlah penumpang.

Tentang Mirza Pratiwi 347 Articles
Kontributor berita, berasal dari Madiun: pusat pengembangan industri kereta api di Indonesia. Saat ini sedang menyelesaikan studi Teknologi Informasi di Universitas Negeri Malang. Penulis yakin bahwa masalah transportasi di Indonesia akan lebih baik jika difokuskan pada pembangunan sistem transportasi masal.