JAKARTA – Nilai proyek kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya menurut perhitungan Jepang sebagai negara investor mencapai angka 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp39 triliun. Karena itu, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) akan menawarkan hasil kajian mereka kepada Jepang agar nilai investasi tersebut bisa ditekan, salah satunya menghilangkan beberapa perlintasan.
Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro, mengatakan kajian yang telah dilakukan memiliki hitungan yang lebih murah dibandingkan dengan yang ditawarkan Jepang. Jika studi yang dilakukan Jepang menelan anggaran Rp39 triliun, maka kajian yang dilakukan oleh pemerintah ‘hanya’ menelan biaya Rp22 triliun. “Kami memang akan mengusulkan angka yang lebih murah,” kata Edi.
“Dalam hasil kajian proyek kereta cepat ini, kami rencananya akan menggunakan jalur yang sudah ada dan menghilangkan sejumlah perlintasan yang menjadi usulan pemerintah Jepang dengan dibangun flyover atau underpass,” sambung Edi. “Selain itu, PT KAI juga hanya akan membeli kereta dengan mesin diesel baru.”
Meski demikian, lanjut Edi, hasil kajian yang telah dibuat tersebut masih dalam proses audit kembali mengenai detail pengerjaan sebelum disinkronkan dengan hasil kajian yang dimiliki Jepang. “Hasil kajian sedang diaudit, dihitung ulang, karena sekarang hitungannya masih kasar, jadi dirinci berapa lintasan yang harus dihilangkan,” tambah Edi.
Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya itu sendiri sesuai dengan rencana induk perkeretaapian nasional hingga 2030. Nantinya, jika proyek ini terealisasi, dapat memangkas waktu tempuh antara dua kota menjadi hanya 5 jam. Pasalnya, kecepatan kereta cepat tersebut diperkirakan mencapai 160 hingga 170 km per jam.