
JAKARTA – PT Railink telah menetapkan harga tiket kereta Bandara Internasional Soekarno-Hatta nantinya sebesar Rp100.000 per orang. Namun, pemerintah merasa tarif moda transportasi anyar tersebut masih terlalu mahal dan mereka minta diturunkan menjadi di kisaran Rp70.000 sampai Rp80.000.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo sempat menyebutkan bahwa harga tiket kereta Bandara Soekarno-Hatta yang sebesar Rp100.000 masih terlalu mahal dan minta agar tarifnya bisa dikurangi. Kementerian Perhubungan pun langsung bergerak cepat dan akan memberikan diskon sebesar 30 persen kepada masyarakat.
“Sesuai arahan Presiden, tiket Rp100.000 (dinilai) kemahalan, sehingga kami ubah menjadi Rp70.000, jadi kami diskon dulu,” papar Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. “Penurunan tarif tiket tersebut tidak akan merugikan PT Railink, selaku operator kereta bandara, karena perseroan masih bisa mencari penerimaan lain melalui sponsor maupun iklan.”
Budi menambahkan bahwa diskon sebesar 30 persen tersebut akan diberikan selama satu tahun sejak kereta Bandara Soekarno-Hatta resmi beroperasi. Setelah itu, kenaikan tarif kereta ditentukan secara komersial. “Ini βkan komersial, kita harapkan Rp70 ribu itu untuk jarak terjauh, paling tidak selama satu tahun,” sambung mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II tersebut.
Sementara itu, Ombudsman Indonesia menilai meski bakal diturunkan menjadi Rp70.000, tetapi harga tiket kereta Bandara Soekarno-Hatta masih tetap dirasa mahal. Mereka berpendapat, agar terjangkau dan bisa dimanfaatkan oleh para pekerja di bandara secara optimal, harga tiket kereta bandara disarankan berada di kisaran Rp35 ribu per perjalanan.
“Sebaiknya, pemerintah membidik pekerja di bandara sebagai konsumen utama moda transportasi tersebut,” kata salah satu anggota Ombudsman Indonesia, Alvien Lie. “Jumlah pekerja di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 100 ribu orang. Merekalah yang paling membutuhkan transportasi ke dan dari Bandara Soekarano-Hatta, setiap hari, sedikitnya 20 hari dalam satu bulan. Bukan penumpang pesawat udara (sebagai target market).”