PALEMBANG – Berbagai cara dilakukan pemerintah agar minat masyarakat untuk menggunakan transportasi Light Rail Transit (LRT) Palembang semakin meningkat. Kabar terbaru menyebutkan bahwa Kementerian Perhubungan bakal menurunkan tarif, memberikan feeder, dan menambah jam operasional LRT Palembang.
“Untuk meningkatkan efektivitas dari LRT, beberapa hal yang saya putuskan adalah salah satunya menurunkan tarif LRT, misalnya dari Rp10.000 menjadi Rp7.000,” tutur Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dilansir Tribun News. “Penurunan tarif tersebut lantaran adanya pemberlakuan tiket integrasi antara LRT dengan transportasi lainnya seperti Damri dan Transmusi.”
Langkah yang kedua adalah memastikan feeder, terutama rute Jakabaring-UNSRI (Universitas Sriwijaya) dengan suatu headway (selisih waktu antar-kedatangan kereta) yang lebih pendek, sehingga memungkinkan mahasiswa dari beberapa tempat bisa mencapai itu. Sementara, langkah ketiga adalah menambah jam operasional, yang kemungkinan mulai dari jam 5 pagi sampai jam 9 malam.
“Kementerian Perhubungan akan menyumbangkan 15 bus untuk feeder guna memperkuat LRT, menggunakan feeder yang pendek, yang kepadatannya tinggi sehingga headway relatif pendek dan penumpang banyak,” sambung Budi. “Contoh dari Bukit ke Proyek Musi bolak-balik atau dari Bukit Besar, Bukit Kecil, dan Jalan Merdeka.”
Langkah-langkah pengoptimalan LRT ini diakui Budi akan menambah beban biaya bagi pihaknya. Dia mengatakan, keberadaan LRT Palembang, termasuk bagaimana kesinambungannya, telah menyedot hampir 20 persen dari anggaran di instansi yang dipimpinnya. Hal tersebut dilakukan guna menjadikan interkoneksi di perkotaan dengan mengambil contoh Kota Palembang bisa terwujud.
“Kami ingin fungsi dari LRT memang bermanfaat untuk masyarakat. Pemerintah sudah menginvestasi lebih dari Rp10 triliun untuk Palembang, atau sekitar 20 persen dari anggaran Kementerian Perhubungan,” tambah Budi. “LRT Palembang menjadi yang pertama kali beroperasi di Indonesia dan saya berharap ini bisa menjadi suatu contoh lifestyle angkutan massal.”