SOLO – Unjuk rasa yang akan digelar oleh para pedagang asongan secara besar-besaran untuk menolak kebijakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) batal dilaksanakan. Hal ini dikarenakan ada penjagaan ketat yang dilakukan oleh para petugas di Stasiun Solo Jebres pada Kamis, 14 November 2013.
Suaramerdeka.com memberitakan bahwa unjuk rasa ini rencananya akan dilaksanakan pada siang hari. Namun Stasiun yang ada di kawasan Kecamatan Jebres itu dijaga ketat oleh puluhan petugas. Petugas yang berjaga merupakan petugas gabungan dari polisi khusus kereta api (Polsuska) Daop VI Yogayakarta, TNI, petugas kepolisian dan petugas keamanan (Satpam).
Sedangkan personel unjuk rasa dari pihak pedagang hanya datang beberapa. “Niat diurungkan, karena pengamanan sangat ketat,” jelas Indra Purnama, Ketua Paguyuban Pedagang Asongan Solo Jebres.
Para pedagang yang berasal dari Solo, Sragen dan Yogayakarta yang berjumlah puluhan bahkan ratusan ini, hanya ingin mengungkapkan aspirasi mereka.
Aspirasi mereka adalah menolak kebijakan dari PT KAI yang mulai pertanggal 1 November melarang para pedagang asongan berjulan di dalam kereta api dan mulai pergi dari stasiun.
“Pedagang itu cuma minta waktu sebentar bisa jualan di kereta saat berhenti di stasiun. Pendapatan kami sudah turun 60 – 90 pesen,” ungkap dia.
Bukan hanya pedagang yang mengurungkan niatnya untuk unjuk rasa karena penjagaan ketat petugas. Namun para wartawan yang akan meliputpun dihalang-halangi untuk masuk kedalam stasiun/
Yanto (59), salah seorang pedagang asongan mengungkapkan kekesalan atas penjagaan ketat para petugas. “Kalau kami tidak boleh jualan, kami tidak makan. Seharusnya penjagaan biasa saja, karena kami tak merugikan orang lain,” akunya.
Agus Komarudin, Humas PT KAI Daop VI mengungkapkan bahwa pengamanan ketat bertujuan agar untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginka. Karena dari berita yang beredar, unjuk rasa yang dilakukan merupakan aksi besar-besaran dari pedagang di Stasiun Solo Jebres.